Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sejumput Kenangan Joko Pinurbo Penyair Jogja

28 April 2024   22:18 Diperbarui: 1 Mei 2024   14:30 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyair Joko Pinurbo membacakan sajak-sajaknya dalam acara Poetry for Mother Earth di Jakarta, Kamis (27/4/2017). (Foto: KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ)

Terbetik kabar, Joko Pinurbo, penyair Yogyakarta, Sabtu 27 April 2024 kemarin meninggal dunia. Kepergian penyair kelahiran Sukabumi, 11 Mei 1962 yang lalu menyisakan kesedihan bagi kalangan seniman penyair dan rekan-rekannya.

Saya sebelumnya membaca kabar bahwa Joko Pinurbo sedang sakit dari status yang dibuat seorang teman, sastrawan Semarang, Triyanto Triwikromo di akun FB-nya 11 November 2023.  Triyanto memberi semangat dan mendiskripsikan kondisi Joko Pinurbo yang sedang sakit. Rupanya Joko Pinurbo juga disebut dengan mana singkatan Jokpin.

Sembuh ya, Jok. Kamu Kuat

Saya bersama istri baru saja bezuk Jokpin di Panti Rapih. 

Wajah Jokpin berseri-seri saat tangannya saya genggam. Tanpa berkata-kata, dia mengacungkan jempol kepada saya. Saya juga tak berkata-kata mengacungkan jempol kepadanya. 


Karena belun bisa berkomunikasi, saya kemudian menulis di secarik kertas, "Sembuh ya, Jok. Kamu kuat." Saya tunjukkan tulisan itu kepadanya dan dia sekali lagi mengacungkan jempol.

"Kata Dokter kesehatan Mas Jokpin makin membaik," kata Mbak Nur, istri Jokpin.

Alhamdulillah tentu saja.

Saya tak bertanya macam-macam kepada Mbak Nur perihal penyakit Jokpin. Melihat wajah Jokpin yang bersinar dan merasakan semangat hidup yang menyala-nyala dari sahabat "membangun keindahan sajak" sejak mahasiswa ini, saya sudah gembira. 

Sekarang yang terbaik mari kita doakan Jokpin agar makin membaik. Jangan biarkan Jokpin sedih karena karena dia harus bikin sajak-sajak gembira untuk kita. Amin.

Saya menulis komentar: Semoga Joko Pinurbo sehat, dulu waktu saling anjangsana di FKIP UNS ke Univ. Sanata Dharma (dulu IKIP), kami saling kenal sama Doroty juga...saat itu kami semeja sbg mhs yg antusias di bidang sastra.

Kisah Anjangsana Anjang Sini

Tahun 1983 saya masuk berkuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret Surakarta program studi Bahasa dan  Sastra Indonesia.  

Salah seorang dosen yang mengajar ilmu sastra adalah Pak Herman J. Waluyo.  Beliau ternyata lulusan IKIP Sanata Dharma Yogyakarta. 

Oleh karenanya beliau kemudian menghubungkan kami mahasiswa FKIP UNS Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dengan mahasiswa IKIP Sanata Dharma prodi yang sama.  Dosen IKIP Sanata Dharma, teman Pak Herman J. Waluyo yang juga menjadi fasilitator relasi itu adalah Pak B. Rahmanto. 

Terjadilah kemudian kami saling anjangsana dan kuberi istilah juga: anjangsini.  Kami mahasiswa FKIP Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia berkunjung ke IKIP Sanata Dharma, demikian kemudian sebaliknya, mahasiswa IKIP Sanata Dharma Prodi Sanata Dharma berkunjung ke kampus UNS.  Agak lupa tahunnya, mungkin sekitar tahun 1986.

Saat berkunjung di IKIP Sanata Dharma, saya duduk semeja dengan Joko Pinurbo.  Saat itu lagi semangat-semangatnya dengan sastra yang bersinggungan dengan sosial, apalagi lagi hangat-hangatnya Sastra Kontekstual, maka saya dengan semangat mahasiswa bicara soal itu.  Joko Pinurbo kalau tidak salah bicara soal proses kreatif seorang penyair.

Di kampus saat itu, saya memimpin penerbitan majalah sastra "Serunai".  Puisi Joko Pinurbo kami muat di majalah yang kami lay out sendiri dan terbit dengan difoto copy.

Konsisten Berpuisi

Setelah perkunjungan mahasiswa itu, kemudian kami tidak lagi berkomunikasi.  Meski kemudian saya tinggal di Yogyakarta selama 12 tahun dalam rangka kuliah teologia dan mengajar di sebuah universitas swasta, saya tidak pernah bertemu.  Joko Pinurbo tetap di IKIP Sanata Dharma menjadi seorang dosen.

Dari berita-berita koran saja saya dengar Joko Pinurbo tetap konsisten dengan dunia kepenyairannya. Bahkan kemudian saya dengar Joko Pinurbo menjadi penyair Jogja yang sangat diperhitungkan. 

Menurut catatan detik.com, Joko Pinurbo menulis 20 buku puisi, 1 buku cerita, 2 buku terjemahan puisi, dan 2 kumpulan esai. 

Berbagai penghargaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri atas karyanya ia terima. (https://www.detik.com/jogja/berita/d-7313493/daftar-karya-joko-pinurbo-penyair-jogja-yang-hari-ini-meninggal-dunia)

Dalam sebuah akun twitter, kemarin menyebut, Butet Kertarejasa saat layat, mengatakan bahwa Joko Pinurbo yang ia kenal, berpuisi dengan bahasa sehari-hari. 

Mungkin maksud Butet adalah bahwa Joko Pinurbo dalam berpuisi tidak terlalu mencari kata-kata yang sulit dipahami oleh pembacanya.  Mungkin inilah yang membuat Joko Pinurbo mengesan di hati penggemarnya.

Kadang Terasa Humornya

Coba simak salah satu puisinya yang berjudul: Celana Ibu

Maria sangat sedih
menyaksikan anaknya
mati di kayu salib tanpa celana
dan hanya berbalutkan sobekan jubah
yang berlumuran darah.

Ketika tiga hari kemudian
Yesus bangkit dari mati,
pagi-pagi sekali Maria datang
ke kubur anaknya itu, membawa
celana yang dijahitnya sendiri

"Paskah?" tanya Maria
"Pas!" jawab Yesus dengan gembira.

Mengenakan celana buatan ibunya,
Yesus naik ke surga.

Terasa humor bukan puisinya itu?  Paskah yang bagi keyakinan Kristen adalah kebangkitan Yesus Kristus dari kubur, 40 hari kemudian naik ke surga dibuat puisi Joko Pinurbo dengan plesetan.

Mungkin pada maklum karena pada masanya, orang Jogja suka dengan plesetan-plesetan kata. 

Sudah Prediksi Kematian?

Saya membuka twitter, mencoba mencari akun Joko Pinurbo.  Saya menemukan salah satu akunnya: jokopinurbo_

Akun itu dibuat Desember 2019. Dia mengikuti 2 orang namun diikuti oleh 2.880 orang!  Joko Pinurbo tercatat memposting 59 postingan.

Postingannya hampir semuanya puisi-puisinya.  Puisi postingan terakhirnya 5 April 2024.  Puisi itu sebagai berikut:

Hidup
adalah perjalanan
kehilangan.
Hidup adalah
kumpulan perpisahan.
-Joko Pinurbo (Jalan Minah)

Sebuah puisi muram, deskripsi manusia yang akan meninggalkan kefanaannya!

Selamat beristirahat Joko Pinurbo.  Saya ingat sebuah ayat alkitab yang menghibur,"Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." 

"Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." (Wahyu 14:13)

Oleh: Suyito Basuki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun