Mohon tunggu...
Suyitno Suyitno
Suyitno Suyitno Mohon Tunggu... Founder Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Tijarotul Qur'aniyah Sukoharjo

Alhamdulillah, bisa bermanfaat bagi yang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Keren Berakhlak Qur'ani: Gaskeun Sinergi Pendidikan Islami di Era Digital!

2 Mei 2025   08:05 Diperbarui: 2 Mei 2025   08:04 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan Islami seringkali terkesan kaku atau individualistis. Namun, bayangkan jika pendidikan Islami itu seperti sebuah super team yang solid dan keren! Sebuah tim yang anggotanya adalah Keluarga, Sekolah/Madrasah, dan Lingkungan Sekitar (baik nyata maupun maya). Konsep tim ini bukan sekadar kiasan, tetapi sebuah pendekatan yang memberdayakan, mengubah persepsi dari beban menjadi sebuah perjalanan kolaboratif yang relevan bagi generasi muda saat ini. Tujuannya jelas: membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki pondasi iman yang kokoh, berakhlak mulia seperti yang dicontohkan Al-Qur'an, dan siap menghadapi tantangan zaman now yang serba terhubung.

Dalam tim super ini, setiap anggota punya peran vital. 

  • Keluarga menjadi basecamp pertama, tempat nilai-nilai dasar ditanamkan dan cinta kasih dipupuk. 
  • Sekolah atau Madrasah berfungsi sebagai pusat upgrade skill dan ilmu, tempat potensi diasah dan wawasan diperluas. 
  • Sementara itu, Lingkungan Sekitar---termasuk pergaulan teman sebaya, organisasi, hingga ruang digital yang kini tak terpisahkan dari kehidupan remaja---menjadi arena aksi nyata dan tempat menjaga vibe positif.

Kunci keberhasilan tim ini terletak pada kekompakan dan sinergi antar anggotanya. Upaya yang terisolasi dari satu pilar saja tidak akan cukup; diperlukan sebuah pendekatan sistemik dan kolaborasi aktif.

Strategi terbaik untuk tim ini tentu datang dari Sang Pendidik Agung, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur'an, khususnya dalam Surat Al-Jumu'ah ayat 2, mengabadikan misi pendidikan beliau yang fundamental. Setidaknya ada tiga pilar metode kenabian yang menjadi panduan abadi: 

  • membacakan ayat-ayat Allah (Tilawah), 
  • menyucikan jiwa (Tazkiyah), dan 
  • mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur'an) serta Al-Hikmah (kebijaksanaan/As-Sunnah) (Ta'lim).

Untuk benar-benar memberdayakan generasi muda Indonesia menjadi "Generasi Keren Berakhlak Qur'ani", semangat "GASKEUN!"---sebuah dorongan untuk bergerak cepat dan penuh semangat---perlu digelorakan dalam mewujudkan sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sinergi ini harus dipandu oleh metode kenabian yang tak lekang oleh waktu, sambil terus beradaptasi secara kreatif dengan realitas era digital yang dihadapi generasi muda. Mengakui peran sentral lingkungan digital sejak awal adalah krusial, karena generasi muda saat ini hidup dan berinteraksi secara signifikan di dalamnya. Ini memungkinkan pembahasan tantangan seperti hoaks dan peluang seperti pembelajaran digital menjadi bagian integral dari strategi pendidikan.

Tiga Pilar Kunci: Kompak Bikin Generasi Muda Makin Mantap!

Keberhasilan membentuk generasi idaman sangat bergantung pada kerjasama harmonis ketiga pilar pendidikan. Masing-masing memiliki peran unik namun saling terkait, dan efektivitas satu pilar sangat dipengaruhi oleh kondisi pilar lainnya.

Keluarga: Basecamp Iman & Akhlak Pertama

Keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan paling fundamental (ushul) dalam Islam. Di sinilah fondasi karakter, keimanan (aqidah), dan nilai-nilai moral (akhlak) diletakkan. Orang tua, sebagai pendidik pertama dan utama, memiliki tanggung jawab besar untuk menumbuhkan fitrah (potensi dasar kebaikan) anak, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta membiasakan praktik ibadah dasar sejak dini. Lebih dari sekadar penyedia kebutuhan materi, keluarga adalah madrasah pertama yang mengajarkan kasih sayang (mawaddah wa rahmah), kejujuran, tanggung jawab, dan adab sosial. Keteladanan orang tua dalam perkataan dan perbuatan menjadi kurikulum tak tertulis yang paling efektif. Dalam konteks kekinian, peran keluarga juga mencakup pendampingan anak dalam berinteraksi dengan dunia digital, membangun komunikasi terbuka, dan menciptakan suasana rumah yang kondusif untuk pertumbuhan spiritual di tengah gempuran distraksi gawai. Contoh kebiasaan baik di keluarga seperti shalat berjamaah, mengaji bersama, berdiskusi santai tentang agama, hingga membiasakan adab sehari-hari adalah investasi berharga bagi masa depan anak. Konsep "alam keluarga" Ki Hajar Dewantara yang menekankan pendidikan budi pekerti sangat sejalan dengan pandangan Islam mengenai peran sentral keluarga ini.

Sekolah/Madrasah: Tempat Asah Otak dan Hati

Setelah keluarga, sekolah atau madrasah menjadi lingkungan pendidikan formal kedua yang berperan penting. Institusi ini bertugas mengembangkan potensi intelektual siswa, membekali mereka dengan ilmu pengetahuan---baik ilmu agama maupun ilmu umum yang seharusnya terintegrasi, bukan terpisah---serta melanjutkan pembinaan karakter dan spiritualitas yang telah dimulai di rumah. Sekolah tidak hanya bertujuan mencetak siswa yang pintar secara akademis, tetapi juga individu yang berakhlak mulia, memiliki pemahaman agama yang benar, dan mampu berpikir kritis. Guru memegang peran krusial, tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik (murabbi) dan teladan (uswah hasanah) yang menginspirasi. Lembaga pendidikan Islam seperti madrasah dan pesantren memiliki kekhasan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pendalaman ilmu agama dan pembentukan karakter Islami secara intensif. Di era modern, sekolah perlu beradaptasi, memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran yang efektif, namun tetap menjaga fokus pada pembentukan karakter dan spiritualitas siswa. Relevansi konsep "alam perguruan" Ki Hajar Dewantara terlihat jelas dalam fungsi sekolah sebagai tempat mengasah kecerdasan dan ilmu pengetahuan. Kebijakan pendidikan dari pemerintah/negara juga sangat krusial. kebijakan pendidikan yang asal atau sering berganti-ganti yang justru membingungkan juga harus segera diakhiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun