Mohon tunggu...
suwito
suwito Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Pamulang

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menumbuhkan Cinta dari Piring: Saatnya MBG Sajikan Makanan Lokal untuk Anak Indonesia

6 Oktober 2025   15:10 Diperbarui: 6 Oktober 2025   15:10 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Indonesia Kaya Pangan, Tapi Lupa Akar

Indonesia dikaruniai tanah yang subur, laut yang luas, dan ragam hasil bumi yang tak terhitung. Dari sabang sampai Merauke, kita punya sagu, jagung, singkong, ubi, talas, dan puluhan jenis umbi yang bisa jadi sumber karbohidrat.

Namun, seiring waktu, kebiasaan makan masyarakat berubah. Nasi dianggap satu-satunya sumber energi, sementara bahan pangan lokal mulai ditinggalkan.

Di Nusa Tenggara Timur, masyarakat Timor menjadikan jagung bose sebagai makanan pokok. Di Papua, papeda dari sagu bukan hanya makanan, tapi juga simbol kebersamaan. Di Jawa Tengah, tiwul dan gatot menjadi bukti bagaimana masyarakat dulu bertahan hidup di masa sulit  dengan mengandalkan apa yang tumbuh di tanah mereka sendiri.

Ironisnya, kini bahan-bahan itu sering dianggap "makanan desa" atau "pengganti saat tak ada nasi". Padahal, dari sisi gizi, pangan lokal justru kaya serat, lebih rendah gula, dan cocok untuk menjaga kesehatan anak-anak masa kini.

Mungkin sudah saatnya kita kembali ke akar  secara harfiah dan maknawi  dengan mengenalkan pangan lokal sebagai bagian dari gaya hidup sehat, bukan sekadar nostalgia.

MBG Tak Harus Selalu Nasi

Banyak orang masih beranggapan bahwa Menu Bergizi Seimbang (MBG) identik dengan nasi, lauk, sayur, dan buah. Padahal, prinsip utama MBG bukan terletak pada apa bahan pokoknya, melainkan seimbang atau tidak kandungan gizinya.

MBG bisa berarti tiwul dengan ayam rica-rica, jagung bose dengan tumis sayur, atau bahkan papeda dengan ikan kuah kuning. Selama nutrisi karbohidrat, protein, sayur, dan buah terpenuhi, maka itu tetap tergolong MBG.

Kita perlu memperluas pemahaman ini, terutama di kalangan sekolah dan keluarga muda. MBG bukan berarti harus mahal atau modern  justru bisa berasal dari bahan pangan lokal yang murah, sehat, dan dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Inspirasi Menu MBG dari Dapur Nusantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun