Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

7 Alasan Mendaki Gunung setelah Umur 40 Tahun

10 November 2015   14:45 Diperbarui: 10 November 2015   16:05 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua itu akan terasa berbeda. Menyegarkan. Membuat kangen dan menagih untuk kembali mendaki gunung. Kesegaran yang ditimbulkan oleh sekali saja mendaki gunung terasa luar biasa, apalagi berkali-kali. Kembali bekerja menjadi lebih semangat. Dan ide-ide baru seolah bermunculan entah dari mana.

5. Menyalurkan hobi

Memang ada orang tertentu yang jiwanya tertambat pada gunung-gunung, belantara dan alam bebas lainnya. Usia bukan halangan. Bahkan, kadang, kematian digunung dipandang sebuah perjalanan menuju pencipta dari gunung yang dicintainya.

Para pendaki yang update tentu tahu kehebatan Yuichiro Miura. Kakek berusia 83 tahun ini (kelahiran 12 Oktober 1932) adalah pria tertua yang mampu menaklukan puncak tertinggi Everest 8.848 mdpl pada usia 80 tahun.

Di Indonesia kita kenal Mbah No (Himawan Tedjomulyono), di usia 79 tahun terus aktif mendaki gunung, hingga 29 gunung di Indonesia telah ia taklukan. Ada lagi mba "Toet" (Sri Bimastuti Abimayu, lahir 15 Mei 1955) dan "Yta Gultom" (Elyta Lyliane Gultom, lahir 8 Maret 1956) terus aktif mendaki puncak-puncak tertinggi di dunia pada usia tua.

Apakah hobi mendaki gunung sebagai profesional atau amatir, bukan soal. Mendaki gunung adalah penyaluran hobi, tempat di mana cinta tertoreh pada setiap tapak yang ditinggalkan.

6. Sudah mapan

Usia 40-an diasumsikan sudah relatif mapan setidaknya cukup punya uang untuk mengalokasikan anggaran beberapa juta buat beli keril berbagai ukuran, tenda, dan kelengkapan pendakian lain. Tidak akan “sesakit” saat mengeluarkan uang dalam jumlah cukup besar saat masih mahasiswa.

Pendakian jadi lebih aman. Semua kelengkapan standar pendakian bisa dibeli. Beda dengan saat masih SMA atau mahasiswa, bahkan untuk beli keril 60 liter saja terasa berat di kantong.

Jangan salah. Mendaki gunung adalah hobi yang cukup mahal. Alokasi dana cukup besar untuk transportasi, penginapan, perlengkapan, pemandu, porter dan biaya izin masuk lokasi pendakian.

Mendaki gunung Kinabalu di Sabah butuh dana setidaknya Rp 7 juta, puncak Carstensz Pyramid di Papua butuh dana setidaknya Rp40-an juta, dan Everest setidaknya butuh dana lebih dari Rp500-an juta. Bagi para profesional tinggal cari sponsor, namun untuk amatir ya harus sedia dana sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun