Masalah cinta memang pelik. Saat kita sudah saling cocok, situasi menjadi berubah saat kita mulai mengenalkan pada keluarga.
Susahnya justru yang menjadi penyebab adalah calon mertua kita yang merupakan ayah / ibu kandung dari pasangan kita. Hal ini bisa terjadi baik pada pihak pria atau wanita. Pria pada umumnya bila dinilai belum memiliki kedudukan yang mapan, sehingga dikawatirkan akan menyengsarakan putrinya. Sedangkan wanita mendapat sikap ketus, karena karakternya kurang disukai oleh calon mertua dari pihak pria. Bisa karena dianggap terlalu centil atau agresif.
Nah, padahal pasangan sudah saling cocok. Bagaimana menyelesaikan tantangan yang akan menjadi kendala menuju pernikahan ?
Marilah kita telaah secara bijak.
Dampak dari sikap calon mertua yang ketus.
* Rasa cemas, kita harus berupaya menghilangkan perasaan stress dan cemas.
* Ketegangan, upaya melangkah ke hubungan lebih jauh menjadi tegang. Apalagi bila nanti sudah menjadi suami istri.
Solusi paling bijak adalah:
* Komunikasi, bicarakan secara baik-baik, dan cari jalan keluar untuk merubah sikap ketus ini.
* Berusaha memperbaiki hubungan, tunjukkan sikap hormat dan empati pada calon mertua dan mencoba memahami keinginannya.
* Menerapkan batasan, menentukan toleransi atas sikap calon mertua yang masih bisa ditolerir.
* Mencari dukungan, carilah dari anggota keluarga yang paling berpengaruh untuk menetralisir keadaan.
Setelah segala upaya dilakukan, ambillah sikap.
* Lanjut, bila pasangan tetap saling mencintai dan mempunyai komitmen yang sama untuk menyelesaikan masalah bersama. Serta calon mertua menunjukkan perubahan sikap.
* Putus, jika pasangan menilai sikap mertua sudah mencapai titik yang tidak bisa ditolerir. Meski sudah diupayakan perbagai cara.
Memang dalam mengupayakan penyelesaian kasus ini membutuhkan kesabaran, empati dan komunikasi yang baik.
Harus mengupayakan dengan maksimal. Sebelum memutuskan vonis akhir untuk putus sebagai pilihan akhir yang tepat.