Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kereta Api Tempat Membaca Buku yang Tepat

9 Mei 2025   05:00 Diperbarui: 8 Mei 2025   23:48 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: KCI)


Saya sering naik commuter line di Jakarta atau Yogya, MRT / LRT di Jakarta maupun kereta api jarak jauh, misal dari Jakarta ke Cirebon, Bandung, Purwokerto, Semarang, Jogya atau Surabaya.

Namun jarang melihat penumpang membaca buku, yang terbanyak melihat gawai. Kadang saya iseng nengintip, rupanya penumpang menonton film, main game atau membaca / nembalas pesan singkat . Meski ada juga, tapi minoritas.

Kalau di kereta api jarak jauh masih ada penumpang yang membaca buku kalau bepergian sendiri, tetapi kalau bersama teman / keluarga seringnya ngobrol sepanjang perjalanan.

Beda dengan yang saya temukan di Singapura, Malaysia, Jepang, atau Australia, rata-rata penumpang asyik membaca buku.

Karena saya sering bepergian sendiri, saya selalu membawa satu buku yang sedang saya baca. Memang kalau pergi bersama teman, saya tidak mengeluarkan buku saya, karena kawatir dianggap sombong, tidak mau berinteraksi dengan teman seperjalanan.

Juga bila berada di commuter line pada jam-jam padat (rush hour) dimana harus berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk, padahal saya sudah lansia yang tergolong penumpang prioritas, namun bila polsuska tidak lewat, saya jarang mendapatkan hak saya sebagai lansia. Tetapi ada juga penumpang muda yang tahu diri, meski banyak yang pura-pura tidur, sehingga harus dibangunkan oleh polsuska. Bila sedang dalam posisi berdiri, saya memang tidak membaca, karena harus menjaga keseimbangan tubuh agar jangan terjatuh, bila terjadi pengereman mendadak. Tetapi bila mendapatkan tempat duduk, saya pasti akan melanjutkan hobi saya membaca.

Padahal membaca buku itu banyak gunanya untuk menambah pengetahuan. Karena saat bekerja, saya bekerja di perusahaan kecil yang harus bisa apa saja, akibatnya buku bacaan says multi genre, dari novel, psikologi, ekonomi, kesehatan, maupun politik.

Akibat banyaknya pengetahuan yang diserap, seakan saya multi talenta, sehingga saat menulis, saya juga sanggup menulis apa saja. Ironisnya, multi talenta ini justru kurang diapresiasi oleh Kompasiana yang lebih mengutamakan spesialisasi.

Tapi karena saya sudah terlamjur menulis banyak katagori, ya saya tetap melakukan yang saya bisa, karena saya memang tidak mempunyai spesialisasi. Prinsip saya, tulisan itu pasti akan memiliki/ menemukan pembacanya sendiri.

Beda saat saya masih bekerja di lingkungan IT, maka yang saya tulis di Kompas maupun Bisnis Indonesia memang artikel dengan katagori IT.

Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi kepada generasi muda, bukannya ngajari ya, tentang manfaat membaca di dalam kereta api, adalah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun