Dunia pendidikan Indonesia bila dibandingkan dengan dunia pendidikan Barat (Western) lebih condong pelajaran hafalan ketimbang berpikir kritis, analisa dan kreativitas.
Pihak yang kurang setuju, menilai pelajaran hafalan kurang berguna, menghabiskan banyak waktu dan energji guna menghafalkan pelajaran yang dalam waktu tidak terlalu lama si anak didik juga akan melupakannya.Â
Contoh hafalan pelajaran biologi saat belajar di Sekolah Menengah Atas dengan cepat menguap selepas ulangan atau ujian. Masih untung pelajaran sejarah dan geografi atau ilmu bumi masih nyantol hingga sekarang.
Anak didik hanya dinilai kemampuannya berdasarkan berapa banyak materi pelajaran yang pernah diterimanya yang masih dia ingat atau mampu dia serap saat diadakan ulangan atau ujian.
Namun saat pendidikan beralih dari di sekolah menjadi e-learning pada saat pandemi  corona mengancam, justru anak didik mendapat tugas membuat video presentasi suatu topik pelajaran tertentu guna memperoleh nilai.Â
Dengan membuat presentasi video anak didik menjadi lebih kreatif, mau belajar hal- hal baru dan tidak sekedar menghafal materi dari buku teks.
Sudah banyak artikel maupun seminar (termasuk webinar) yang membahas 4C (Creativity, Â Critical Thinking, Communication, Collaboration) sebagai kemampuan yang diperlukan pada masa mendatang yang tidak dapat diselesaikan oleh pelajaran hafalan semata.
Dengan mengacu e-learning sebagai tolok ukur, sebaiknya Dinas Pendidikan dan para guru bersedia bepikir  keras untuk mencari cara pandang, pendekatan, metoda dan strategi belajar yang berbeda dari cara biasa yang mungkin saat ini selalu sudah dianggap baik sebagai suatu zona nyaman yang harus ditelaah ulang.
Harus dilakukan evaluasi cara belajar nengajar pada anak didik yang lebih mudah dan lebih bermanfaat. Sistem pembelajaran harus diubah agar anak didik tidak sekedar menghafal pelajaran namun harus mampu menganalisa fakta-fakta yang ditemukan dimana saja.
Durasi tatap muka dapat dikurangi tidak seperti biasanya, tetapi unsur kreativitas dapat lebih ditambahkan pada anak didik. Waktu belajar anak didik patut dihargai sebaik-baiknya.