Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dengan Mengurangi Sampah Lingkungan, Mengurangi Kepusingan Pemprov

9 Desember 2019   13:17 Diperbarui: 9 Desember 2019   13:51 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Gerbang KBA Rawajati (dokpri)

Selama ini hampir semua Pemprov (Pemerintahan Provinsi), Pemkab (Pemerintahan Kabupaten)  maupun Pemkot (Pemerintahan Kota) tak luput dari kepusingan kekurangan lahan yang harus digunakan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kasus yang paling mengerikan adalah saat Pemkab Bekasi melarang Pemprov DKI Jakarta membuang sampah warga ibukota ke luar kota Jakarta, akibat melubernya tumpukan sampah di TPA Bantar Gebang, Jakarta Timur.

Solusi yang dapat mengatasi kepusingan Pemerintahan Provinsi, Kabupaten dan Kota adalah dengan mengedukasi warga agar lebih peduli terhadap masalah sampah di lingkungannya. Misal dimulai dengan penempatan sampah dalam tiga tempat sampah berbeda, untuk sampah basah, sampah kering dan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).

Tiga Tempat Sampah (dokpri)
Tiga Tempat Sampah (dokpri)
Belajar dari Rawajati
"Kesadaran dan kepedulian warga terhadap masalah sampah, diatasi dengan mendirikan Bank Sampah", salah satu penjelasan dari Sylvia Ermita, Ketua Bank Sampah Rawajati. Setiap menceritakan program Bank Sampah mata Sylvia berbinar-binar dan tak bosan-bosannya mengulang penjelasan atas setiap pertanyaan yang diajukan para blogger dalam kunjungan ke Komunitas Berseri Astra (KBA) Rawajati, akhir pekan lalu (7 Desember 2019).

Sylvia Ermita, Ketua Bank Sampah Rawajati (dokpri)
Sylvia Ermita, Ketua Bank Sampah Rawajati (dokpri)
Bank Sampah di Rawajati mulai didirikan tahun 2008 sebagai wujud dari hasil studi banding di Lembang yang dipelopori almarhum pak Sam. Setelah pak Sam wafat, Sylvia dan teman-temannya melanjutkan Bank Sampah yang telah berdiri di Rawajati.

Warga Rawajati mulai membuat taman di tengah pemukiman warga. Sejak 2013 Bank Sampah Rawajati dipimpin oleh Sylvia Ermita. Menurut penjelasan Sylvia, kendala Bank Sampah adalah nasabahnya masih sedikit, hanya sekitar 700-an dan kebanyakan ibu-ibu rumah tangga.

Bank Sampah Rawajati (dokpri)
Bank Sampah Rawajati (dokpri)
Pada tahun 2013 masuk bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum. Pada tahun yang sama, Astra membantu mesin pencacah sampah.


Rata-rata setiap bulan, Bank Sampah Rawajati menerima 4,7 ton sampah rumah tangga, 3,2 ton sampah organik, dan 1,5 ton sampah anorganik. Sampah disetor oleh nasabah dan hasilnya dicatat pada buku tabungan. 

Bila jumlah besar, dapat diambil oleh kru pengangkut sampah dengan gerobak motor. Baru-baru ini KBA Rawajati menerima bantuan dua unit gerobak motor dari Dinas LH.

Gerobak Motor (dokpri)
Gerobak Motor (dokpri)
Sampah rumah tangga diolah dengan pembuatan biopori. Dengan pembinaan Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan, dibentuk Kelompok Tani "Benih Jati" yang menanam apotik hidup dan sayuran, seperti jintan,  jahe, pakis, temulawak dan lain-lain.

Apotik Hidup (dokpri)
Apotik Hidup (dokpri)
Sebagai gambaran sampah yang masih memiliki nilai ekonomis adalah sampah kertas (kardus, koran, kotak makanan, kertas buram, karton, kertas HVS, bungkus rokok, buku dan kalender), sampah plastik (tas plastik / kresek, kantong plastik, botol / gelas minuman plastik, ember plastik, botol shampoo, mainan anak, pipa pralon, karpet, peralatan plastik yang tidak berlapis aluminium foil)  dan sampah logam-kaca (kaleng, seng, paku, besi beton, kran air, botol kaca, gelas kaca, piring kaca, barang berbahan logam / kaca). 

Harga beli Bank Sampah (sewaktu-waktu bisa berubah), kardus 1.100 per kg, koran 1.100 per kg, aluminium 5 ribu per kg, botol plastik 1-2 ribu per kg, gelas plastik 3 ribu per kg, buku 500 per kg, besi 2 ribu per kg, broncos 300 per kg dan gabruk 1.000 per kg. Tabungan sampah yang sudah dikonversai ke nilai uang, dapat diambil kapan saja.

Setelah dikumpulkan, sampah dipilah. Sampah organik berupa sampah dari alam, seperti daun dan rumput diolah menjadi pupuk kompos.

Proses pembuatan pupuk kompos berawal dari penerimaan / pengambilan sampah organik warga, setelah ditimbang, mulai dilakukan pemilahan, pencacahan, fermentasi, penyiraman dan pembalikan, pengayakan, pengepakan dan penjualan pupuk kompos.

Sampah anorganik seperti kardus, botol plastik, gelas plastik dijual ke pengepul besar. Sampah dari bungkus kopi dan mie cepat saji diolah menjadi tas yang bermanfaat.

Sampah kertas koran dapat dikreasikan menjadi vas bunga, tempat pensil, tempat sampah, tempat majalah, kotak tissue dan lain-lain, setelah divernis tampilannya mirip rotan. Pekerjaan ini dikerjakan oleh ibu-ibu dan dipasarkan pada tamu yang berkunjung maupun pada pameran UMKM.

Vas Bunga (dokpri)
Vas Bunga (dokpri)
Ibu-ibu memanfaatkan koran bekas (dokpri)
Ibu-ibu memanfaatkan koran bekas (dokpri)
Sisa hasil pengolahan yang masih ada dan disebut residu, sudah sangat berkurang, hanya tersisa sekitar 1.5% dari total sampah semula dan dibuang ke tempat sampah.

Jadi, disini telah berhasil menerapkan prinsip 3R yakni pengurangan (reduce), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle) sebesar 98.5%. Guna mengingatkan pada warga agar selalu peduli pada masalah sampah, diciptakan salam tiga jari (kelingking, jari manis dan jari tengah) sebagai simbol 3R.

Penghargaan yang pernah diterima KBA Rawajati adalah Bank Sampah Percontohan terbaik se DKI Jakarta (2017) dan Kampung Proklim Nasional dari KLHK (2017). KBA Rawajati termasuk penerima penghargaan Astra Bintang Pratama.

Lima Pilar
KBA Rawajati sebagai salah satu dari 77 KBA yang dikelola Astra telah menerapkan empat pilar dari lima pilar Astra yakni kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan. Hanya satu pilar Astra yang belum diaplikasi di Rawajati yakni Teknologi.

Pilar Lingkungan sudah dibahas panjang lebar pada bagian awal tulisan ini, berupa Bank Sampah, biopori, dan pembuatan pupuk kompos.

Pilar Kesehatan saat ini fokus pada layanan posyandu, pemeriksaan kesehatan gratis, donor darah, penimbangan bayi, dan perbaikan gizi.

Pilar Pendidikan mendirikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Dengan fasilitas ruang kelas yang permanen dan dilengkapi dengan fasilitas bermain di halaman sekolah. Astra mulai memberikan bantuan pendidikan sejak tahun 2013.

Pilar Kewirausahaan, mengedukasi warga untuk memproduksi jamu (jahe merah dan temulawak) dan bir pletok minuman khas Betawi. Saat ini dipasarkan dengan harga 20 ribu Rupiah per bungkus. Selain itu juga memberi bantuan kepada penjual bubur sumsum keliling berupa modal motor beserta gerobak jualan guna memudahkan berkeliling menjajakan dagangannya.

Selain itu bantuan lain yang diberikan oleh Astra adalah berupa kambing saat Idul Adha dan sembako, kantong-kantong untuk sampah anorganik, dan timbangan untuk posyandu.

KBA Rawajati dengan empat pilarnya, patut dijadikan contoh guna mencapai Indonesia yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun