Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menapaki Bangunan Ikonik Kota Kembang

7 September 2016   08:18 Diperbarui: 7 September 2016   08:56 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Soekarno (Sumber: JFA)

Bandung dikenal sebagai kota yang cantik, sehingga pernah dikenal sebagai "Paris van Java", pemandangan daerah Priangan yang dikenal permai makin mendukung eksistensi Bandung. Pada awalnya dikenal sebagai "Cekungan Bandung" yang konon berupa sebuah danau purba besar yang terbentuk akibat proses geologis beribu-ribu tahun yang lalu. Semula berupa Gunung Sunda yang pernah meletus sebanyak dua kali dan menyebabkan gunung rutuh dan membentuk kaldera, tapi lahar dan material letusannya membendung aliran Sungai Citarum. Sehingga ada versi lain bahwa asal nama Bandung, dari fakta terbendungnya air sungai dari kata “bendung” pelan-pelan beralh menjadi Bandung.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels (1808-1811), yang berkedudukan di Batavia (Jakarta), yang membangun jalan raya di Pulau Jawa sepanjang 1.000 km menghubungkan Anyer di Barat Jawa dengan Panarukan di Timur Jawa. Juga membangun sebuah kota di Dataran Tinggi Parahyangan, di . lokasi kota Bandung sekarang padal 25 September 1810 yang kemudian ditetapkan sebagai hari Jadi Kota Bandung

Pembangunan kota Bandung pada kurun waktu 1920-1940 merupakan periode keemasan dengan udara yang sejuk, taman-taman kota yang penuh bunga, jalan-jalan yang teduh, pemandangan yang indah, bangunan megah bergaya Eropa dan art deco serta gaya hidup warganya yang bercitarasa tinggi menjadikan Bandung sebagai kota yang penuh pesona.

Yuk jalan-jalan ke tempat favorit orang Bandung yang berada di kawasan historis ibukota Parahyangan ini, dengan lewat / mampir ke beberapa landmark historis Kota Kembang yaitu Jalan Braga, Hotel Savoy Homann, Gedung Merdeka, Alun-Alun Kota Bandung, Masjid Agung Kota Bandung dan ruang tahanan Bung Karno di Banceuy.

Titik kumpul

Sebagai titik kumpul dipilih Pelataran Bank Jabar Jalan Braga. Jalan Braga pada  tahun1840 dikenal sebagai Pedatiweg, karena  jalan tanah yang biasa dilalui pedati pengangkut biji kopi dari gudang di Balai Kota ke Alun-alun. Baru padai akhir abad 19, kawasan ini berubah menjadi kawasan hunian tuan tanah asal Eropa. Dan pada 1900, aspal pertama di Bandung digunakan untuk memperkeras jalan ini.


Pamor glamor Braga muncul seiring pembangunan gedung-gedung publik dan komersil sekitar 1920-1930-an, yang tidak hanya menarik perhatian warga Bandung kelas atas untuk berbelanja, juga turis mancanegara. Charlie Chaplin aktor film bisu yang tenar hingga para delegasi Konferensi Asia Afrika 1955 pernah melenggangkan kakinya di jalan ini. Tidaklah berlebihan bila jalan sepanjang 700 m ini pernah dijuluki “The Most Fashionable Street in The East Indies”.

Dengan berjalan kaki, kami menuju kawasan Alun-Alun Bandung melalui jalan Braga – Asia Afrika – Hotel Savoy Homann – Gedung Merdeka.

Jalan Asia Afrika merupakan jalan pertama di kota Bandung dan merupakan bagian dari Jalan Raya Pos (de Groote Postweg) yang menghubungkan Anyer – Batavia – Bogor – Sukabumi – Cianjur – Bandung dan kota-kota sepanjang pantai Utara Pulau Jawa ke arah Timur Panarukan.  Jalan Asia Afrika mejadi cikal bakali bagi pembangunan awal di kota Bandung. Selain Kilometer 0, tempat Daendels menentukan lokasi kota yang baru dibangun, di sepanjang jalan ini masih terdapat beberapa obyek dari awal pendirian kota Bandung hingga era keemasannya yakni Alun-alun (lapangan publik pertama di Bandung), Savoy Homann (hotel pertama di Bandung), dan Gedung Merdeka (eks gedung klub pertama di Bandung sekaligus tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika).

Hotel Savoy Homann merupakan hotel pertama di Bandung, yang pada awalnya merupakan sebuah penginapan sederhana milik keluarga asal Jerman, Homann. Bermula dari rumah panggung berdinding bambu dan beratap rumbia (1871-1872), kemudian direnovasi ke gaya Neo-Gothic pada 1883. Pada 1939, A.F. Aalbers ditugaskan untuk mendesain ulang ke gaya Streamline Art deco,  arsitektur yang dapat Anda nikmati sekarang.

Pada era keemasan Bandung (1920-1930), Hotel Savoy Homann menjadi tempat legendaris yang pamornya meluas hingga ke mancanegara. Aktor film bisu legendaris Hollywood, Charlie Chaplin, pernah menginap di hotel ini pada 1920an, 1930an, dan 1960an. Pada zaman pendudukan Jepang, hotel ini digunakan tentara jepang sebagai rumah sakit. Tahun 1955, saat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika, hotel ini menjadi salah satu penginapan utama para delegasi.

Gedung Merdeka dibangun tahun 1895 sebagai gedung perkumpulan bagi warga Belanda dan Eropa lainnya di Kota Bandung, yaitu Societeit Concordia hingga masa keemasan Bandung. Gaya arsitektur serta interior gedung yang direkonstruksi oleh C.P. Wolff Schoemaker tahun 1920 dan 1928 ini masih dipertahankan dan dipelihara hingga saat ini dibawah pengawasan Kementerian Luar Negeri RI. Kemegahan arsitektur dan interior gedung inilah yang membuat Soekarno memilih gedung ini sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi berskala internasional, Konferensi Asia Afrika (1955).

Alun-Alun Kota Bandung

Alun-Alun Kota Bandung, yang dibangun dengan konsep Catur Gatra Tunggal, yang berasal dari kerajaan Mataram. Seperti Alun-alun di kota-kota Indies di Pulau Jawa lainnya, Alun-alun merupakan lahan terbuka berbentuk persegi empat tempat warga kota berkumpul untuk kegiatan sosial dan budaya, tempat berlangsungnya upacara-upacara pemerintahan, dan tempat berekreasi. Konsep Catur Gatra Tunggal menempatkan Alun-alun di pusat, keraton atau pusat pemerintahan lokal di sisi Selatan Alun-alun, masjid di sisi Barat, dan pusat kegiatan ekonomi dan sosial di sisi Timur. Khusus di kota-kota Indies yang mendapat pengaruh kolonial, di sisi Utara biasanya dibangun penjara.

Alun-alun merupakan lokasi pemerintahan kabupaten yang baru, yang sebelumnya, berada di Krapyak (Dayeuhkolot) yang berjarak 11 km ke arah selatan Alun-alun. R.A Wiranatakusumah II memindahkan pusat pemerintahannya setelah Daendels memutuskan Kilometer 0 sebagai lokasi kota Bandung yang baru, dengan alasan kemudahan aksesibilitas (setelah Jalan raya Pos dibangun) dan agar lebih memudahkan hubungan kedua pemerintahan (lokal dan kolonial).

Saat ini Alun-alun Bandung, dengan lapangan berlapiskan rumput sintetis, menyatu dengan Masjid Agung Bandung dan menjadi magnet bagi masyarakat setempat dan wisatawan untuk berkumpul. Dan satu hal menarik dari Alun-alun adalah kebiasaan dari masyarakat menikmati lapangan Alun-alun tanpa beralas kaki.

Masjid Agung Kota Bandung merupakan masjid pertama di kota Bandung (1812) awalnya dirancang dalam gaya lokal, rumah panggung yang terbuat dari kayu dan atap rumbia, yang sangat sederhana. Sepanjang sejarahnya yang sudah mencapai 200 tahun, masjid ini telah mengalami 8 kali renovasi.

Pada hasil rancangan terkini yang dibuat 4 warga Indonesia, Keulman, Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. HA Nu’man, dan Prof. Dr. H. Slamet Wirasonjaya, berbentuk sebuah kubah utama berdiameter 30 m, dua kubah sayap berdiameter 25 m, berikut menara kembar setinggi 86 m merupakan konstruksi baru yang ditambahkan pada 2003. Di puncak menara yang dibuka untuk umum, pengunjung dapat menikmati panorama kota Bandung. Bangunan masjid memiliki luas 8.575 m² dan dapat menampung sekitar 12.000-an Jemaah. 

Menuju Monumen Penjara Banceuy, kami melalui Kantor Pos, kehadiran kantor pos di Bandung sudah ada sejak tahun 1835, tetapi baru menempati lokasinya sekarang sejak 1863 sebagai Post en Telegraf Kantoor. Antara 1928-1931, bangunan bergaya Art Deco yang dirancang oleh J. Van Gendt.

Monumen Penjara Banceuy

Tepat di belakang BRI Tower terletak lokasi bekas penjara tertua di Bandung, Penjara Banceuy. Temboknya diruntuhkan pada 1984 dan diganti dengan sebuah department store dan kompleks ruko. Yang tersisa sekarang adalah sebuah bekas pos jaga di sisi utara (terusan Jl. ABC) dan satu sel tempat presiden pertama RI, Soekarno, pernah ditahan setelah persidangan di Gedung Indonesia Menggugat tahun 1933. Pada zaman pendudukan Jepang, penjara ini digunakan sebagai tahanan bagi para terpidana Indonesia. Kemudian pada akhir masa pendudukan diperuntukan bagi tahanan politik bangsa.

Bekas Penjara Banceuy (Sumber: JFA)
Bekas Penjara Banceuy (Sumber: JFA)
Bandung hari ini dikenal sebagai kota tujuan wisata favorit tidak saja bagi warga Jakarta dan sekitarnya tapi juga bagi turis mancanegara terutama Malaysia untuk menikmati wisata alam, budaya, belanja dan tentunya wisata kuliner. Yuk, ke Bandung Kakang dan Teteh .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun