Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ryukyu - Kerajaan Kuno di Kepulauan Ryukyu (Jepang Selatan) dan Hubungannya dengan Palembang di Abad ke-15

14 September 2025   09:24 Diperbarui: 14 September 2025   11:11 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesibukan Kapal di Bandar Palembang di Abad Ke-15 yang akan Berangkat Ke Kerajaan Ryukyu, Jepang Selatan // Sumber; Sutanadil Institute 

Ryukyu -  Kerajaan Kuno di Kepulauan Ryukyu (Jepang Selatan) dan Hubungannya dengan Palembang di Abad ke-15

Oleh : HG Sutan Adil

Ryukyu, kerajaan independen di kepulauan antara Taiwan dan Jepang Selatan, sejak tahun 1429 diakui oleh Dinasti Ming. Pada tahun 1429, tiga kerajaan kecil Ryukyu disatukan Dinasti Ming dan secara resmi mengakui serta menganugerahkan gelar “Raja Ryukyu” dengan marga Shang kepada penguasanya. Sejak saat itu, hubungan suzerain–vassal antara Tiongkok dan Ryukyu berlangsung hingga hampir lima abad lamanya.

Meski pada abad ke-19 kerajaan ini dihapuskan oleh pemerintah Meiji Jepang (1879) dan kemudian sempat berada di bawah administrasi Amerika Serikat pasca Perang Dunia II, fokus artikel ini adalah periode awal abad ke-15 ketika Ryukyu memainkan peran penting dalam jaringan perdagangan maritim Asia.

Posisi Kerajaan Ryukyu yang berada di anatra Taiwan dan Jepang Selatan // Sumber; Sutanadil Institute
Posisi Kerajaan Ryukyu yang berada di anatra Taiwan dan Jepang Selatan // Sumber; Sutanadil Institute

Hubungan Palembang – Ryukyu

Selama ini, Kerajaan Ryukyu jarang sekali dibahas dalam membicarakan konteks sejarah perdagangan Jalur Rampah Maritim di Nusantara dan Asia Tenggara. Tidak banyak juga sejarawan lokal dan nasional yang membahas tentang hubungan diplomasi dan perdagangan dari Kerajaan Ryukyu ini dengan Nusantara, khususnya Palembang di abad ke-15 sampai masa Kolonialisme oleh Kerajaan Belanda.

Hubungan Palembang dengan Kerajaan Ryukyu (Okinawa) merupakan salah satu bab menarik dalam sejarah maritim Asia Tenggara abad ke-15. Catatan diplomatik Ryukyu yang terkenal dengan nama Rekidai Hōan (1424–1867) mencatat adanya hubungan dagang dan diplomasi dengan berbagai pelabuhan di Asia Tenggara, termasuk Palembang, yang dalam arsip tersebut disebut sebagai “Palimbong”. Fakta ini menegaskan bahwa Palembang tetap menjadi simpul penting dalam jalur pelayaran internasional meskipun pusat perdagangan dunia Melayu beralih ke Melaka.

Menurut Tan Yeok Seong, seorang peneliti sejarah Asia Tenggara yang berasal dari Tiongkok menuturkan bahwa Palembang pada masa itu berfungsi sebagai entrepot, tempat transit barang-barang dari Ryukyu menuju Asia Tenggara dan sebaliknya. Kapal jung Ryukyu membawa komoditas seperti keramik, kipas, mutiara, dan perak, yang ditukar dengan lada, kapur barus, dan emas dari Palembang. Komoditas ini kemudian didistribusikan ke Malaka, pusat perdagangan rempah, dan ke Jawa yang kaya beras dan hasil bumi. Tan menekankan bahwa hubungan ini adalah bukti nyata kosmopolitanisme Asia Tenggara, di mana Palembang memainkan peran strategis dalam jejaring perdagangan lintas-benua.

Menurutnya hubungan ini memperlihatkan bahwa Palembang berfungsi sebagai “Entrepot”, yaitu pelabuhan transit yang menghubungkan dua jaringan besar:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun