Mohon tunggu...
A.S.Su.santi
A.S.Su.santi Mohon Tunggu... Freelancer - I hear I see

Perempuan yang gemar berkelana dalam imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Let Me Say Goodbye

19 Oktober 2021   19:06 Diperbarui: 7 November 2021   17:07 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada rindu yang masih dan selalu menagih hadirmu. Ada rindu yang masih terus mengakar dalam diam. Menjadi tunas-tunas rindu baru kemudian menguncup melipat ganda. 

Kulewati hari-hari dengan rindu yang membuncah gumpah. Bukannya aku tak sadar bahwa semuanya itu akan berakhir sia-sia. Bukan pula aku tak tahu bahwasanya rindu yang terkirim itu akan berakhir bersama tumpukan-tumpukan tak berarti yang tergeletak di sudut kamarmu.

Aku berpikir bahwa aku bukanlah siapa-siapa dalam hidupmu. Aku hanyalah seseorang yang selalu peduli dan mencoba memahami hidupmu. Memahami masa sulitmu. Ikut senang dengan kebahagianmu meskipun tak pernah sedikitpun kau membaginya padaku. Aku senantiasa menjadi pendengar setia pada setiap ceritamu. 

Selalu berusaha mengikuti alurmu. Tanpa tahu di mana sebenarnya kau menempatkan diriku dalam drama hidupmu. Kurasa aku tak pernah berarti dalam hidupmu.

Memahami posisiku yang cuma berperan sebagai figura semata; muncul kemudian menghilang dan dilupakan. Aku mulai mencoba menarik diri. Aku sudah bosan mendengar kisah-kisahmu with other people. Apakah Bosan????sebenarnya tersayat tepatnya. Aku tak pernah tahu apa maksud dari kejujuran itu. Yang jelasnya kau telah sukses menohokku.

Perlahan aku membunuh tunas-tunas rindu itu. Mencoba mencabut hingga ke akarnya. Dan nyatanya masih saja ada yang terlewatkan. Tak sepenuhnya aku bisa melepas rasa itu. Kucoba mengabaikan hal-hal yang berhubungan denganmu. Termasuk mengabaikan chat-chatmu meskipun itu teramat menyakitkan . Aku tak pernah bisa mengabaikanmu sejauh itu. Sekali waktu aku menagis menyesalkan semua itu.

Dan pada akhirnya pertikaian hati telah sampai pada titik klimaks. Antara mempertahankan rindu itu atau membuangnya hingga habis tak bersisa. Aku sadar ia telah mengajarkan banyak hal. Bagaimana mencintai, bagaimana menyanyangi, bagaimana merindu, dan yang paling membuatku terpuruk bagaimana rasanya patah hati. Aku berharap itu semua bisa menempahku menjadi lebih kuat kelak.

Tiap mengingatmu dengan lirih aku berbisik mengumpatkan sumpah serapah. Andai kutukan "tak termaafkan" itu ada, maka akan kurapalkan  untukmu. Tapi aku tak yakin bisa setega itu.

Memilih menjauhimu, mencoba mengabaikanmu lebih dari cukup untuk mengakhiri permainan ini. Let me say good bye........untuk hatiku yang masih menyimpan rindu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun