"Baiklah, Anak-anak. Saya belum menyatakan jawaban siapa yang benar. Saya akan menuliskan dahulu jawaban masing-masing agar tidak lupa. Revi menjawab lima puluh, sedangkan Rindu menjawab dua puluh enam.Â
Pak Eko pun sigap segera ke papan tulis. Spidol hitam yang pagi tadi ia isi dengan tinta, sangat jelas menorehkan kalimat matematika yang ditulis Paqk Eko. Pak Eko menulis bilangan di papan tulis (6 + 4) x 5 = .... Â dan 6 + (4 x 5). Angkanya sama, hanya letak tanda kurung yang berbeda.
"Silakan kalian catat dan carilah jawaban nomor dua dan nomor tiga. Apakah lima menit, cukup?" tanya Pak Eko.
"Cukup ...!" Jawaban anak-anak kelas enam sekolah dasar di pinggir kota itu hampir memecah gendang telinga.
Guru tua berkaca mata plus dua itu hanya geleng-geleng kepala. Ia pun segera berjalan berkeliling kelas. Dari deret bangku sebelah kiri, kemudian beranjak ke deret bangku sebelah kanan.Â
Anak-anak asyik menulis. Mereka tidak canggung meskipun guru mendekati mejanya. Anak-anak terus saja menulis. Ada yang berbisik satu sama lain dengan teman sebangku. Ada juga yang tidak mau diganggu temannya, sehingga ia mengerjakan sendiri soal nomor dua dan nomor tiga.Â
Bilangan dan tanda baca pada ketiga soal itu sama. Yang membedakan, soal pertama tanpa tanda kurung. Soal kedua tanda kurung mengapit operasi hitung (6 + 4), sedangkan pada soal ketiga tanda kurung mengapit operasi hitung (4 x 5).
"Pak, kalau ada kurung dikerjakan dulu 'kan, Pak?" tanya Jehan.
"Waktunya, dua menit lagi, Jehan. Silakan kerjakan menurut penafsiranmu," jawab Pak Eko.
Waktu yang dijanjikan pun telah habis. Anak-anak menghentikan pekerjaannya.
"Adakah relawan yang berkenan mengerjakan soal nomor dua?" tawar Pak Eko kepada anak-anak muridnya.