Lalu Dewi datang membawa kue hangat dan duduk di sebelah Pak Hasan.
“ Maafkan, saya Pak Hasan!” kata Johan kemudian sambil tertunduk setelah sekilas Dewi dan Pak Hasan.
“ Kenapa kamu minta maaf?” tanya Pak Hasan.
“ Saya ingin menyampaikan bahwa saya mencintai putri Bapak dan ingin menikahi putri Bapak!” kata Johan dengan nada gemetar. Keringat dingin mengucur di sekujur tubuhnya.
Pak Hasan melihat keberanian dan kesungguhan pemuda di hadapannya dengan takjub. Sambil memandang anak gadisnya yang duduk tegang melihat Johan, Pak Hasan lalu berbicara santai sambil tersenyum,” Apa kamu mau membuat Bapak cemburu?”
“ Maksud saya bukan begitu, Pak? “ jawab Johan tergagap.
Pak Hasan tertawa untuk mengurangi ketegangan dengan Johan. Lalu dengan wajah bijak Pak Hasan berkata,” Bapak senang dengan kesungguhanmu, tidak banyak anak muda seperti kamu. Apa rencanamu setelah menyampaikan pada saya. Kalian baru lulus SMA.”
“ Saya akan bekerja sebagai pelaut. Insya Allah, sekitar dua atau tiga tahun lagi saya akan datang melamar Dewi, Pak!” kata Johan dengan gemetar.
Pak Hasan tertegun dan takjub dengan keberanian Johan. Lalu dengan harapan meyakinkan dirinya, Pak Hasan berkata,” Baiklah, aku hargai usahamu! Apa kamu tidak terpikir kuliah? Bapak bisa membantumu.”
Johan mengambil napas, lalu menjawab,” Saya ingin mandiri, Pak. Maafkan saya, Pak.”
Pak Hasan tersenyum mendengar penolakan Johan,” Baiklah jika itu maumu. Bapak tunggu!”