Hari itu begitu cerah. Begitu juga suasana di sekolah Cemara Hijau, sekolah yang meraih juara I dalam bidang kebersihan tingkat kota ini tampak asri dan sejuk. Ada suara burung ceria dan kupu-kupu yang menyapa bunga-bunga di taman sekolah. Murid-murid yang kelihatan rapi dan rajin tampak sedang menjalani kegiatan belajar seperti biasa. Sampai ketika waktu istirahat tiba, setiap murid melakukan kegiatan yang mereka sukai untuk menghilangkan penat.
Seorang gadis manis bernama Dewi Nurmalasari yang berasal dari kelas IPA B sedang berjalan menuju ruang kesenian untuk mengambil tugasnya yang ketinggalan, ketika tiga cowok dari kelas IPA F menggodanya.
“Cantik!... Kok sendirian....” salah seorang dari mereka mendekati Dewi bahkan hampir berani memegang dagunya.
Dewi mundur ketakutan dan hampir menangis ketika Johan tiba-tiba datang dan menahan tangan anak itu,” Kenapa beraninya sama anak perempuan?”
“Ada yang sok pahlawan rupanya. Emang kamu siapanya dia?” Satu dari tiga cowok itu berbertanya.
Melihat Johan kebingungan menjawab apa, lalu dua temannya memukul perut Johan hingga dia meringis kesakitan.
Wibi dan Atar melihat peristiwa itu dari kejauhan.
“Woi,...berhenti woi!” teriak Wibi dan Atar sambil mendekati mereka.
Tidak berapa lama kemudian mereka dikerumuni siswa-siswa SMA Cemara Hijau dan membawa masalah tersebut ke guru BP. Tiga anak tersebut diskors tiga hari karena telah memukul Johan. Sementara itu, Johan dibawa ke UKS ditemani Dewi.
“Kamu nggak papa?” Dewi bertanya dengan wajah cemas.
“Aku nggak apa-apa. Tidak usah khawatir.” Johan menjawab sambil tersenyum.