Membangun Desa Merawat Asa. Sebuah Fiksi dari Catatan Kecil Seorang Pendamping Lokal Desa di Daerah Nan Indah Meraih Asa.
Kisah Sebelumnya Baca : Jejak di Jalan Berbatu
Pagi itu, Danau Maninjau berkilau seperti kaca raksasa yang memantulkan langit biru tanpa cela. Angin sejuk berembus perlahan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan. Di tepian danau, Satria berdiri termenung. Satu tahun telah berlalu sejak ia pertama kali menapakkan kaki di Nagari Batu Patah sebagai Pendamping Lokal Desa.
Banyak yang berubah. Tapi lebih banyak lagi yang harus diperjuangkan.
Pagi ini, ia datang bukan hanya sebagai pendamping. Ia diminta menjadi narasumber dalam diskusi terbuka antar nagari se-Kecamatan Tanjung Raya. Temanya: "Peran Desa dalam Menjawab Tantangan Indonesia Emas 2045." Sebuah kehormatan, sekaligus tanggung jawab yang tak ringan.
Sebelum acara dimulai, ia berjalan ke salah satu sudut jorong. Di sana, kini berdiri MCK umum sederhana namun bersih. Ada keran air bersih hasil pemasangan pipanisasi gotong royong. Dindingnya dihiasi mural buatan anak-anak muda: gambar keluarga bahagia, pepohonan, dan tulisan: "Sehat itu Keren."
Ia bertemu Bu Yusnita, kini menjadi penggerak posyandu dan dipercaya sebagai Ketua PKK Jorong. Ada pula Jo, remaja yang dulu pendiam, kini mengelola kanal YouTube "Cerita Nagari" yang menampilkan kisah inspiratif desa. Bahkan Pak Rafi sudah kembali dipercaya menjadi ketua RW.
"Bapak tak sekadar datang, tapi menanam semangat," kata Jo saat menyalami Satria.
Dalam diskusi yang dihadiri camat, kepala desa, tokoh adat, dan perwakilan pemuda, Satria memulai dengan kisah nyata. Ia tak membawa slide presentasi canggih. Hanya foto-foto dan catatan lapangan. Ia bercerita tentang anak-anak yang mulai sekolah kembali, ibu-ibu yang kini aktif menyuarakan hak kesehatan, dan pemuda yang bangga dengan budaya sendiri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!