Mohon tunggu...
Surya Al Bahar
Surya Al Bahar Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri surabaya

Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aktif di organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Komisariat Unesa dan PAC. IPNU Kecamatan Glagah. Selain itu, kesehariannya sering menulis puisi, cerpen, dan opini untuk konsumsi sendiri dan aktif di beberapa kelompok diskusi, salah satunya kelompok diskusi Damar Asih. Selain di kompasiana, ia juga sering mengabadikan tulisannya di blog pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Perempuan Penyimpan Hutang

11 Oktober 2017   23:59 Diperbarui: 12 Oktober 2017   01:33 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Pata Areadi/Media Indonesia

"Ohh, bapak. Silahkan masuk pak ..!" Sapaku dengan senyuman, tapi sebenarnya badanku ini sudah lelah tak bertenaga.

"Kamu kenapa kok kelihatannya lelah sekali" Dia masuk sambil matanya melihat ke arah bawah tubuhku. Karena pada waktu itu aku memakai celana pendek yang pendeknya agak sedikit ke atas.

"Badan saya agak terasa capek pak, aku butuh istirahat. Kalau boleh saya minta malam ini saya ingin tidur. tubuhku mulai tidak bisa diajak keluar saat ini Pak" Permintaanku dengan melemas.

"secapek itu kah dirimu Sar..??"

"Apa aku perlu mengantarmu ke rumah sakit..??" Tanya Pak Dayat.

"Tidak perlu pak, aku hanya butuh istirahat. Kemarin aku melayani banyak orang yang menginginkanku"

"Apapun yang terjadi kamu harus melayaniku Sar. Malam ini aku menginginkamu..??" Paksa Pak Dayat.

"Tidak bisa Pak. Tolong..!!!" Tolakanku dengan lembut.

Tanpa sadar dan tanpa pikir panjang, dia langsung menikamku dari belakang. Dia memaksaku untuk melayaninya. Yang aku kenal saat ini bukan Pak Dayat yang dulu, dia tidak pernah memaksaku seperti ini. diriku sudah capek, sudah lelah, tenaga yang ada pada tubuhku tidak bisa dipaksakan lagi. "Tolong Pak mengerti keadaanku" aku perempuan.

Aku manusia yang tidak punya kuasa mengembalikan gairah tubuhku sendiri. Tapi semua cara untuk menolak tidak bisa di kendalikan. Aku dipaksa untuk melayaninya. Ini bukan cinta. Ini bukan lemah lembut. Aku tidak bisa melakukan seperti ini. kamu pejabat pemerintah. "Bagaimana rakyatmu kalau dirimu seperti ini Pak" aku ini rakyatmu yang butuh kasih sayangmu. Bukan kekerasanmu. Cukup, aku tidak sanggup lagi melayanimu. Sudah terkuras habis tenagaku. Sudah hentikan Pak..!!.

Malam-malam yang tidak aku inginkan, semoga ini tidak terulang lagi. Aku menyesal bukan karena diriku ini dengan sukarela melayaninya, melainkan paksaan yang kau beri. Hampir puluhan orang yang sudah aku layani. Tapi hanya dirimu yang memaksaku. Sudah sirna penjualan cintaku. Musnah sudah harga cintaku. Cintaku hilang atas paksaamu. Hari ini dan esok adalah beda. Aku percaya itu. bukan sekadar menghibur diriku. Aku yakin dari puluhan sampai ratusan laki-laki, dari berbagai macam bentuknya, hanya dirimu yang berbeda. Dirimu rakus. Dirimu serakah atas nafsumu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun