Mohon tunggu...
suriyanto
suriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tetep semangat menggapai cita-cita, Karena banyak orang yang harus dibahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesempatan Kedua

19 November 2020   12:47 Diperbarui: 19 November 2020   12:54 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sini hal yang membuatku tidak betah dirumah ialah tidak adanya seorang ibu, tanpa adanya kasih sayang ibuku sejak kecil yang meninggalkanku sejak kecil. Aku berusaha hidup mandiri tanpa kasih sayang seoraang ibu dan aku sering keluar rumah tanpa harus tau waktu terkadang. Setelah lulus dari smk aku membantu paman berjualan ditoko sembari mengisi kekosonganku sebelum masuk bangku kuliah.

Pada suatu malam, sehabis aku membantu paman dari toko aku pulang dan tak lupa berpamitan kepada paman. Setelah itu bergegas pulang dan melajukan motorku dengan kencang, tanpa aku berfikir akan resikonya. Tiba-tiba aku tidak berhati-hati ada jalan yang diperbaiki dan akhirnya guabrakkk.... aku menabrak papan tulisan dan aku masuk ke selokan sebelah jalan dan sehabis itu aku tidak sadarkan diri.

Karena ada benturan di kepala, aku dirawat di rumah sakit terdekat, beruntung ada orang yang melihat dan seketika membawaku ke rumah sakit terdekat. Saat aku mulai sadar. "aduuh... kepalaku sakit sekali. Kenapa badanku agak sulit digerakkan. aku sedang dimana ini?". Aku tampak melihat ayahku yang cemas dan tidak tega melihat keadaanku seperti ini.

Setelah aku sadar dan agak enakan, aku pun diberi tau ayahku bahwa motor yang aku kendarai telah rusak parah dan beruntungnya aku masih selamat (walaupun kepalaku terbentur agak keras tidak apa-apa dan hanya badanku yang memar-memar saja, tetapi aku menjalani proses penyembuhan dalam waktu 3 hari).

Saat paman sedang menjenguk, aku selalu menutupi apa yang selalu aku fikirkan, "maafkan aku paman, sehabis pulang dari toko paman aku pulang jadi seperti ini. Karena aku iri terhadap teman-temanku yang selalu ada diberikan kasih sayang orangtua. Walaupun aku hidup tidak berkekurangan, tetapi aku selalu memikirkan bagaimana kasih sayang seorang ibu. Kenapa... dengan hidupku ini paman..."

Pamanku yang sudah mengenal sifatku sejak kecil dan menegur, "kamu itu masih labil dan selalu membanding-bandingkan hidupmu dengan orang lain. Lihatlah ayahmu yang selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhanmu hingga bercukupan. Apakah engkau tidak melihat disekitarmu apa bisa seberuntung kamu. Kamu tidak perlu menyalahkan keaadanmu, kamu harus menerima keadaan dengan ikhlas. Apabila, kecelakaan ini tidak terjadi mungkin kamu tidak akan berubah dalam sikap dan kesabaran. Tetapi kamu bersyukurlah kecelakaan tidak membuatmu lebih parah, karena Allah masih diberikan kesempatan untuk berubah menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi keluarga dan masyarakat! Apakah kamu mengerti ucapanku?".

Akupun mulai terpana dan meresapi dari perkataan yang paman katakan kepadaku, lalu aku pun menjawab dengan perlahan, " Terima kasih paman. Engkau senantiasa memberikan nasihat kepadaku. Aku akan berusaha memperbaiki diri dan selalu bersyukur".

Pesan Moral : di setiap tarikan napas kita sesungguhnya adalah "kesempatan kedua" di dalam kehidupan kita. Kesempatan untuk selalu mengingat untuk bersyukur yang telah kita terima dan mengingatkan kita untuk selalu berbuat baik dan bermanfaat bagi kita semua.
Mari, manfaatkan kesempatan yang telah diberikan dengan senantiasa beribadah dan amanat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun