Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suci, Gadis Simpasai Memiliki Hati Sebening Embun

18 Oktober 2021   20:15 Diperbarui: 18 Oktober 2021   20:26 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi, tampaknya masyarakat kita sangat mudah menjustifikasi seseorang karena tampilan. Bukankah tidak sedikit mereka yang tampil dengan kemeja berdasi di tangkap lembaga rasua. Ka Pe Ka. Bahkan mereka yang sering tampil di mimbar-mimbar agama tapi bisa lebih kejam karena menebar teror dan membunuh sesama. Mereka menyimpan dendam karena keberagaman. Sementara tuhan yang mereka sembah memaklumi perbedaan.

Saya teringat satu riwayat yang mengkisahkan seorang perempuan yang dilabeli kupu-kupu malam. Hidupnya hanya menjual kehormatannya. Dia dianggap penyakit sosial. 

Di remehkan. Bahkan tidak sedikit menvonis dia adalah salah satu penghuni neraka jahanam. Perempuan itu tidak tersinggung apa lagi harus marah-marah lalu mengucapkan sumpah serapah pada mereka yang menghinanya.

Tetiba suatu masa. Ketika hendak pulang dari tempatnya nongkrong menunggu mangsa, perempuan itu melihat anjing yang sedang kehausan. Dengan sigap dia mengambil sepatunya lalu mengambil air dan memberinya minum. Masuk neraka kah perempuan itu? Dicampakkan oleh tuhan kah dirinya. TIDAK. 

Tuhan tidak terjebak pada penampilan, tidak memuji karena harta berlimpah dan jabatan mentereng hambanya. Tapi tuhan melihat kalbu dan ketulusan yang terpatri dalam hati pada setiap hambanya.

Bukankah tuhan seperti yang dirapalkan hamba-hambanya di atas mimbar agama. Bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang memberi manfaat pada sesama.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Pada Suci, hari ini Senin, 18 October 2021, saya melihat sikap kedermawanannya serupa beningnya embun yang sedang tiarap di dedaunan. Gadis dari kelurahan Simpasai ini seolah menampar keegoisan orang-orang sekitarnya yang tidak bersimpati sedikit pun pada lelaki tua yang mulai dirayap  usia itu.

"Suci mikirnya orang tua sendiri gitu" Ungkapnya setelah bersedia diwawancarai.

Suci berpandangan, bahwa jika orang tua kita seperti itu apakah akan di bantu oleh orang lain. Kalau kita bantu orang suatu saat akan di bantu pula, walau pun yang membantu kita bukan orang yang kita bantu saat ini.

Di kesempatan tersebut Suci berharap  kepada keluarga dari lelaki tua itu, segera di bawa pulang oleh pihak keluarganya. Karena menurutnya kasihan berjalan tanpa jelas arah dan tujuan.

"Saya berharap ada keluarga, tetangga atau yang mengenalnya agar bisa menjemput" Ucapnya penuh harap.

Suci, engkau perempuan hebat. Saya bersyukur bisa berjumpa dengan mu hari ini. Sikap mu telah menginspirasi semesta. Semoga engkau salah satu penghuni surganya Tuhan yang pernah ia janjikan. Doa terbaik untuk mu yang telah mengulurkan bantuan pada hamba ciptaan semesta. Bravo buat Suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun