Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mendaki Puncak Gunung Slamet 3428 MDPL

13 Juni 2025   08:14 Diperbarui: 13 Juni 2025   08:14 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan menuju puncak gunung Slamet (foto:dokpri)

Catatan Pendakian Gunung Slamet 3428 MDPL  ( bagian 4 )

Saya terbangun sekitar jam dua dinihari. Suara langkah-langkah kaki pendaki yang berangkat ke puncak atau summit attack terdengar jelas di telinga. Bukan hanya suara kaki, tapi getaran langkah-langlah kaki menginjak bumi jelas terasa sekali. Maklum posisi tendaku memang berada persis di pinggir jalan setapak menuju puncak. Rupanya hujan telah reda. Dan banyak pendaki yang sudah berangkat muncak sejak tadi. Sorot-sorot lampu headlamp menembus pintu tenda yang sedikit terbuka.

Saya segera menyiapkan beberapa perlengkapan untuk summit attack. Sarung tangan, gaiter, dan jaket oranye Indrialoka langsung saya pakai. Tak ketinggalan lampu headlamp saya pasang di kepala. Sementara di saku jacket saya bawa senter kecil untuk cadangan. Sedangkan perlengkapan lain seperti jas hujan plastik, oxycan, kue-kue, dan minuman saya masukkan ke dalam Daybag. Sementara untuk HP, dompet, obat, dan beberapa kue saya taruh di tas slempang.

Segelas susu proten dan segelas kopi hitam serta beberapa pentol dan nugget goreng menjadi menu santap pagiku sebelum mulai summit. Setelah semua selesai berkemas, kami pun segera berkumpul untuk memanjatkan do'a bersama sebelum mulai jalan. Sesuai arahan dari Ketua team, Mas Tam, kami harus bergerak bersama selama pendakian ke puncak. Dan juga harus berhati-hati untuk saling menjaga, dan segera memberi aba-aba keras bila ada batu jatuh.

Perjalanan menuju puncak gunung Slamet (foto:dokpri)
Perjalanan menuju puncak gunung Slamet (foto:dokpri)

Perjalanan summit attack kami mulai ketika jarum jam menunjuk angka 02.30 dini hari. Team kami berjumlah 15 orang dengan didampingi satu orang porter naik ke puncak semua. Pagi dini hari itu sangat ramai pendaki yang berangkat ke puncak, hingga menimbulkan antrian di beberapa titik jalur turunan atau tanjakan. Beberapa pendaki yang tidak kuat jalan harus menepi untuk memberi kesempatan pendaki lain melintas. Udara pagi yang cukup dingin menggigit ditambah kadar oksigen yang tipis diatas ketinggian 2000mdpl membuat pendaki banyak yang kelelahan dan harus menepi untuk beristirahat.

Sorot-sorot nyala lampu senter atau headlamp terlihat meriah sekali laksana kunang-kunang yang terbang berlarian di sepanjang jalur pendakian. Saya mencoba mempertahankan irama kaki untuk berjalan senyaman mungkin. Trekking Pole di tangan kanan membantuku untuk melintasi jalur yang dominan tanjakan berbatu ini.

Beberapa pendaki istirahat di Pos 5 (foto:dokpri)
Beberapa pendaki istirahat di Pos 5 (foto:dokpri)

Setelah agak lama berjalan, akhirnya badan saya sudah mulai terasa hangat dan sedikit berkeringat. Dan tanpa terasa akhirnya saya pun tiba di batas vegetasi, yaitu batas antara hutan dan medan bebatuan menuju puncak. Saya bertemu dengan  anggota team lain yang sedang beristirahat disini. Dan saya pun ikut istirahat sejenak sambil membasahi tenggorokan dengan beberapa teguk air minum. Dari atas terlihat beberapa sorot lampu yang menandakan bahwa kami masih jauh berada di bawah.

Setelah berjalan sekitar 15 menit dari batas vegetasi, kami tiba di daerah yang sedikit agak datar. Saya melihat banyak orang yang sedang foto-foto dan istirahat di tempat ini. Tapi, saya dan team memilih untuk melanjutkan jalan. Tiba-tiba porter kami mengajak saya dan beberapa teman untuk berjalan di sisi sebelah kanan jalur agar tidak terlalu berjubel dengan pendaki lain. Maklum saja di jalur utama cukup banyak pendaki yang berjalan beriringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun