Penempatan Guru Suka-Suka*
     Pintu pagar itu baru saja ditutup ketika sepeda motor berhenti tepat di depannya. Seorang lelaki turun dari motor itu. Dengan sopan, ia memberi salam kepada seorang wanita yang baru saja menutup pintu pagar bercat hijau muda itu.
     "Maaf, kebetulan saya lewat. Tadi saya melihat Bu Sinta membuka pintu pagar, jadi saya mampir," ucap Pak Roman memberikan alasan berhenti tepat depan pintu pagar.
     Wanita yang berada di balik pintu pagar masih menunduk. Suara lelaki itu cukup dikenalnya karena mereka mengajar di sekolah yang sama, SMP 72. Meskipun sama-sama mengajar di SMP 72, mereka jarang bercakap-cakap. Pak Roman sebagai guru olah raga mengajar pada jam-jam pelajaran pertama. Usai mengajar di SMP 72, Pak Roman berpindah mengajar di sekolah lain dengan bidang yang berbeda, yaitu mata pelajaran Prakarya.
     "Apakah kemunculan saya yang tiba-tiba mengganggu Bu Sinta?"
     Sambil bertanya, Pak Roman mengeluarkan sebuah bungkusan dari balik jaket yang dipakainya. Bungkusan itu tidak terlalu besar tetapi agak panjang. Pertanyaan Pak Roman berlalu tertiup angin. Buru-buru Pak Roman berbicara lagi.
     "Jika kedatangan saya yang mendadak ini kurang berkenan, saya minta maaf."
     Pak Roman kemudian mengulurkan bungkusan itu lewat sela-sela pintu pagar. Kalimat yang dilontarkan cukup pendek.
     "Saya bawa ini, tolong Bu Sinta terima!"
     Rumah itu berada di pinggir jalan yang dilewati kendaraan umum. Pada saat Pak Roman menyerahkan bungkusan itu, ada sebuah angkot yang berhenti di dekat mereka. Ada suara musik yang begitu nyaring. Sebuah lagu ndangdut sedang diputar. Ketika angkot itu mulai jalan lagi terdengar syair yang cukup nyaring.
Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga