Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menikahi Janda demi Menikahkan Anak Gadis

6 September 2022   08:50 Diperbarui: 6 September 2022   09:10 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Ada cerita seorang anak gadis berusia 24 tahun. Ayahnya duda. Ibu gadis itu sudah meninggal. Tinggalah si anak gadis dan ayahnya satu rumah. Kebetulan dia anak tunggal. Gunjingan para tetangga membuat sang ayah risih. Ada yang mengatakan bahwa sang ayah ingin mengawini anak gadisnya sendiri karena si anak sudah 24 tahun belum dinikahkan dengan pria lain.

Sementara itu si gadis masih menikmati kesendirian. Ia baru saja lulus kuliah dan mulai bekerja pada sebuah perusahaan swasta.

"Ayah, ada teman sewaktu SMA meninggal dunia karena kecelakaan naik sepeda motor berboncengan dengan ayahnya. Padahal ia anak tunggal seperti saya. Kasihan ibunya sudah menjadi janda."

Sang ayah terdiam beberapa saat setelah mendengar cerita anak gadisnya itu. Melihat tidak ada reaksi dari sang ayah, anak itu melanjutkan kalimatnya.

"Seandainya ayah mau menikahi janda itu, saya akan sangat berbahagia. Selain beliau ibu teman saya, beliau juga guru SMA saya yang sangat saya kagumi."

Cerita si anak gadis membuat sang ayah galau. Ia sudah berjanji untuk tidak menikah lagi. Namun, harapan si anak perlu dipertimbangkan.

"Ayah sudah berjanji untuk tidak menikah lagi tetapi..."

"Sudahlah, Ayah. Rumah ini akan lebih berkah kalau ada seorang ibu."

Beberapa saat suasana hening. Sepuluh menit kemudian sang ayah berujar dengan wajah berbinar-binar.

"Bagaimana kalau engkau menikah juga? Saya tidak ingin egois."

Pertanyaan sang ayah tidak begitu mengagetkan si gadis. Wajah sumringah pun ia tunjukkan.

"Ada memang seorang perjaka yang mendekati saya, Ayah! Kebetulan pula ia adalah keponakan si ibu janda itu."

Akhir cerita sang ayah mau menikahi janda demi menikahkan anak gadisnya.

Mari kita analisis kata menikahi dan menikahkan. Adakah perbedaan makna imbuhan me-kan dan me-i ? Sebelumnya, perlu kita perhatikan contoh kalimat lain yang juga menggunakan kedua imbuhan itu.

Anak-anak  melempari  pohon mangga  dengan batu.

        S                    P                    O                             K Alat

Anak-anak  melemparkan  batu ke pohon mangga.

        S                    P                         O              K tujuan

Dalam kata melempari O (objek) dalam keadaan diam (tidak bergerak). Sementara itu, dalam kata melemparkan O (objek) dalam keadaan bergerak atau digerakkan.

Selanjutnya, kita perhatikan kalimat berikut untuk membuktikan kebenaran pernyataan di atas.

Saya akan menjauhi orang itu. (orang itu dalam keadaan diam)

  S                 P                O

Saya akan menjauhkan duri dari jalan. (duri dalam keadaan bergerak/digerakkan)

   S                P                 O      K tempat

Bagaimana makna kata menikahi dan menikahkan? Apakah ketentuan tersebut berlaku juga? Mari kita buka KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Menikahi artinya mangambil sebagai istri sedangkan menikahkan bermakna menjadikan bersuami (beristri) atau bisa pula berarti mengadakan upacara pernikahan.

Demikian ulasan pendek terkait imbuhan konfiks me-i dan me-kan. Semoga bermanfaat dan dapat lebih meningkatkan pemahaman kita semua.

Penajam Paser Utara, 6 September 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun