Tengok negara dua negara Asia Tenggara pesaing terberat Indonesia, Thailand dan Vietnam, dalam liganya sudah menggunakan teknologi VAR.
Jadi, apa yang diungkapan oleh Direktur LIB dan Plt Ketum PSSI, tak ubahnya sebuah model taktik dan intrik lama yang apapun alasannya mudah ditebak maksud dan tujuannya untuk kepentingan siapa.
Kita tunggu saja sandiwara baru dengan pola lama yang masih tetap ada di sepakbola Indonesia. Sebab masih berkeliaran mafia bola yang belum ditangkap dan bisa jadi akan lahir mafia baru.
Ini salah siapa? Salah klub atau voters PSSI yang tidak tegas bersikap, atau tetap sepakat merapat dengan yamg bikin mufakat?
Kapan sepakbola nasional bersih!