Dagelan baru dibuat oleh Iwan Budianto, yang yang dapat tempat terhormat jadi pejabat sementara Ketua Umum PSSI
Dilansir dari @garudanusantara.com, hanya beberapa jam yang lalu, Â Iwan membuat pernyataan semacam quote:
"Keanggunan dalam sepakbola jadi hilang. Sepakbola itu sebenarnya menjadi menarik karena dipimpin oleh wasit yang manusia. Itu salah satu sisi menariknya sepakbola sehingga ada emosi, ada kontroversi.Kalau semua serba teknologi, lebih baik main Play Stasion saja".
-Iwan Budianto-
Atas pernyataan tersebut, sontak  netizan langsung berkomentar. Ironisnya hampir seluruh netizen berkomentar negatif kepada Iwan.
Memang sangat disayangkan, seorang seperti Iwan, yang bahkan kini sedang menjadi Plt Ketua PSSI harus mengeluarkan statemen seperti itu. Bahkan publik sepakbola nasional masih sangat geram dan berharap agar Iwan segera diproses oleh Satgas Antimafia Bola. Tapi, ironisnya masih bisa selamat hingga saat ini.
Apa yang diungkap Iwan, benar-benar terkesan setali tiga uang dengan Direktur Utama Interim PT Liga Indonesia Baru (LIB), Dirk Soplanit, menyatakan bahwa pihaknya belum memikirkan penerapan teknologi video assistant referee (VAR) untuk Liga 1 2019.
VAR yang kini sudah akrab bagi penikmat sepak bola khususnya di Eropa, nampaknya masih berat bagi Indonesia untuk diterapkan di Liga 1.
Dirk Soplanit mengaku bahwa pihaknya belum memikirkan jauh ke sana saat menggodok persiapan kompetisi Liga Indonesia.
"Saya kira, menurut pengamatan saya, belum sampai ke situ. Kami belum menerapkan itu," ujar Dirk Soplanit kepada wartawan, Rabu (10/4/2019).
Sejatimya pengunaan VAR dianggap bisa menyelesaikan berbagai kontroversi yang terjadi, utamanya meminimalkan keputusan-keputusan kontroversial pemimpin pertandingan.
Kendati sepak bola Indonesia baru saja diwarnai ribut-ribut akibat kealpaan wasit pada laga perempat final Piala Presiden yang mempertemukan Persija Jakarta dan tamunya, Kalteng Putra.
Pada laga yang digelar di Stadion Patriot Chandrabhaga, Kota Bekasi, Kamis (28/3/2019), wasit Thoriq Alkatiri mengesahkan dua gol yang mengundang tanda tanya, termyata VAR tetap tidak di lirik
Tengok negara dua negara Asia Tenggara pesaing terberat Indonesia, Thailand dan Vietnam, dalam liganya sudah menggunakan teknologi VAR.
Jadi, apa yang diungkapan oleh Direktur LIB dan Plt Ketum PSSI, tak ubahnya sebuah model taktik dan intrik lama yang apapun alasannya mudah ditebak maksud dan tujuannya untuk kepentingan siapa.
Kita tunggu saja sandiwara baru dengan pola lama yang masih tetap ada di sepakbola Indonesia. Sebab masih berkeliaran mafia bola yang belum ditangkap dan bisa jadi akan lahir mafia baru.
Ini salah siapa? Salah klub atau voters PSSI yang tidak tegas bersikap, atau tetap sepakat merapat dengan yamg bikin mufakat?
Kapan sepakbola nasional bersih!