Memang tidak banyak masyarakat yang memperhitungkan persentase kenaikan setaktis itu. Namun perspektif yang pada akhirnya mereka bisa ungkapkan tentang kenaikan PPN 12 persen, yang belakangan dibatalkan adalah fakta bahwa ketika berbelanja di mini market, pasar tradisional atau penjual lain di berbagai tempat lainnya, dengan berlanjut atau tidaknya kebijakan kenaikan PPN, masyarakat sudah harus membayar barang belanjaan di atas harga sebelum kebijakan itu diumumkan atau mulai beredar.Â
Sebab faktanya, beberapa harga barang telah naik lebih dulu atau kenaikkan PPN 12 persen telah telanjur diterapkan pada sejumlah barang, dan fakta itu terasa tidak logis ketika kenaikan PPN 12 persen dibatalkan, harga-harga barang yang sudah telanjur dinaikkan tidak diturunkan kembali.Â
Kenaikan PPN 12 persen dan pembatalannya, berikut dengan perhitungan persentasenya tersebut sontak menuai berbagai respons masyarakat. Sebagian besar masyarakat melampiaskan sisi emosional kepada pemerintah. Mulai dari marah, kecewa, gusar, sedih, pasrah dan emosi lainnya.Â
Reaksi itu tampak jelas di berbagai aksi demo penolakan kenaikan PPN atau reaksi melalui unggahan video dan komentar di platform digital dan platform media sosial, baik saat penerapan PPN 12 persen hendak diberlakukan hingga dibatalkan. Yang pasti, masyarakat telah merasakan ketidaklogisan bahwa kenaikan upah minimum (UM) tidak sebanding dengan dampak dari kenaikan PPN yang meski dibatalkan tetapi kenaikan harga barang sudah terjadi.Â
Oleh karena itulah mengapa kemampuan daya beli, penghasilan, pekerjaan atau kemiskinan, selalu menjadi alasan bagi sebagian besar masyarakat konsumen bereaksi secara emosional saat keinginan, kebutuhan, kenikmatan, kesenangan, kepuasan, rasa aman atau rasa bahagianya dengan kepantasan kapasitas kemampuan membayar yang mereka miliki terusik.Â
Referensi
https://itjen.kemdikbud.go.id/web/rendang-agen-budaya-indonesia-di-dunia-internasional/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI