Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Ban Bocor: Pilih Tambal atau Cairan Penambal Ban?

19 Maret 2024   17:02 Diperbarui: 20 Maret 2024   05:49 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dicky Aditya Wijaya/otomotif.kompas.com 

Tantangan Mudik x Andre Lolong, mudik menggunakan kendaraan roda dua atau sepeda motor sepertinya lebih menarik dan menantang bagi sejumlah besar orang. 

Salah satu pertimbangannya adalah sepeda motor dapat  menembus celah ketika berada di tengah kemacetan atau bisa mencari jalan tikus sebagai alternatif. Sehingga waktu tempuh tetap dapat diprediksi. 

Selain itu, orang yang mudik dengan sepeda motor dapat mengatur waktu istirahatnya sesuai keinginan bila di banding menggunakan bus umum, bus travel atau bahkan moda transportasi kereta sekalipun. 

Sehingga pemudik sepeda motor dengan jarak tempuh yang jauh bisa leluasa merencanakan jam makan, melakukan ibadah salat atau tidur sejenak di tempat-tempat istirahat. 

Meskipun begitu, pemudik bersepeda motor mempunyai risiko yang jauh lebih tinggi ketimbang moda transportasi lainnya. 


Berdasar data yang dinukil dari otomotif.kompas.com, terdapat total 365 kasus kecelakaan pada mudik lebaran tahun 2023. Dari total kasus tersebut, 47 korban meninggal dunia, 33 korban luka berat dan 503 korban luka ringan. 

Sedangkan berdasar jenis kendaraannya, mayoritas kendaraan yang mengalami kecelakaan adalah sepeda motor. 

Sepeda motor 74 persen, mobil penumpang 2 persen, angkutan orang atau bus 11 persen, angkutan barang 10 persen, dan lainnya 3 persen. Data ini menunjukkan bahwa mudik dengan menggunakan sepeda motor sangat berisiko tinggi.

Alasan lain yang membuat sejumlah besar orang memilih moda transportasi sepeda motor untuk mudik adalah harga tiket, kehabisan tiket, tidak kebagian tiket gratis, jarak dekat hingga agar di tempat mudik nanti sepeda motor dapat digunakan untuk silaturahmi ke sana ke mari. 

Namun apapun alasan, kekurangan atau risiko yang dapat ditimbulkan, yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan oleh pemudik sepeda motor adalah kondisi sepeda motor yang akan dibawa mudik. Sebab dibutuhkan sepeda motor yang layak jalan, aman dan nyaman untuk dikendarai.

Oleh karena itu, sebelum berangkat mudik sepeda motor perlu diperiksa keseluruhan kondisinya dan diservice agar dapat memastikan performanya. 

Dengan mengendarai sepeda motor yang layak jalan maka kenyamanan dan keamanan dalam berkendara dapat terjamin. Di sisi lain, pemudik juga harus membawa perbekalan berupa peralatan bengkel sederhana untuk berjaga-jaga. 

Salah satu masalah yang seringkali bisa timbul dalam berkendara dengan menggunakan sepeda motor adalah ban bocor. 

Untuk sepeda motor dengan jenis ban yang menggunakan ban dalam, penanganannya cenderung hanya bisa dilakukan di bengkel tambal ban. 

Sementara khusus untuk sepeda motor yang menggunakan jenis ban tubeless, penanganannya bisa di bengkel tambal ban atau ditangani sendiri.

Tetapi penanganan untuk masalah ban bocor dengan jenis ban tubeless, baik ditangani oleh bengkel maupun tangan sendiri  memiliki dua alternatif, yaitu menggunakan cara tambal atau menggunakan cairan penambal ban.  

Bila ditangani oleh bengkel biasanya akan diberikan penawaran setelah dilakukan pengecekkan terkait seberapa besar tingkat kebocoran ban. Ditangani oleh diri sendiri pun pilihannya sama, bedanya pemudik yang hendak menangani masalah kebocoran ban harus memiliki bekal alat dan bahan termasuk pompa anginnya. Manakah cara yang lebih baik untuk menambal ban bocor? 

Berdasarkan dua kali pengalaman personal menggunakan cairan penambal ban, cara ini sangat tidak direkomendasi. Artinya cairan penambal ban tidak lebih baik dari tambal ban. 

Pengalaman pertama, ketika ban belakang sepeda motor saya mengalami kebocoran dan saat mengunjungi bengkel dilakukan pemeriksaan, mekanik di bengkel mengatakan kebocoran masih mungkin diatasi dengan menggunakan cairan penambal ban. 

Mekanik bengkel memaparkan bahwa setelah cairan dimasukkan ke dalam ban, prosesnya akan memakan waktu minimal 2x24 jam bagi cairan untuk dapat menutup kebocoran, sementara sebelum bocoran tertutup, bocoran ban akan mengalami rembesan. 

Dalam waktu-waktu tersebut ban harus selalu dicek untuk diberikan angin tambahan bila tekanan angin dalam ban dirasa berkurang dan ban lebih sering diputar agar carian penambal tersebar rata di dalamnya hingga segera menutup bocoran secara sempurna. 

Pemaparan yang cukup masuk akal, sayang faktanya tidak demikian. Rembesan cairan penambal ban tidak berhenti walaupun telah melewati waktu 2x24 jam sehingga ban motor harus sering-sering dicek dan diberi tambahan angin karenanya saya harus membekali diri dengan pompa angin manual. 

Setelah bertahan selama dua minggu dengan kondisi itu, di suatu pagi saat berangkat kerja bersama istri, tiba-tiba ban belakang sepeda motor agak berat. Begitu turun dan dicek, ban tampak kempes parah, malangnya ketika ban diberikan angin melalui pompa manual yang saya bawa, rembesan cairan penambal ban sudah tidak lagi cair, melainkan berupa lelehan lengket berwarna kehitaman. Kabar buruknya ban sudah tidak lagi bisa dipompa. 

Pengalaman kedua nyaris sama, bedanya lebih cepat. Hanya bertahan sekitar satu minggu. Pengalaman kedua cukup aneh. Pasalnya, saat diputuskan untuk diberikan cairan penambal ban saya melihat sendiri paku yang menembus ban sangat kecil sehingga seharusnya cara itu berhasil untuk membuat ban bertahan lebih lama. Terlebih setelah cairan penambal ban dimasukkan, tidak ada rembesan untuk dua hari pertama.

Di hari ketiga sedikit rembesan mulai muncul. Karenanya, saya kembali siaga dengan membawa pompa angin manual. Di sekira satu minggu setelah itu pada suatu malam, sepulang dari mengantar istri ke pasar tiba-tiba terdengar bunyi ledakan. Sesudahnya, motor yang saya kendarai terasa sangat berat, lagi-lagi cairan penambal ban terbukti tidak efektif meskipun untuk lobang atau bocoran yang terbilang kecil. 

Ban belakang motor saya kempes sempurna, kondisinya panas sekali begitu dipegang, tak ada angin sama sekali, cairan penambal ban buyar kemana-mana dalam bentuk lendiran hitam dan berbau. 

Namun saat motor di bawa ke bengkel rupanya ban motornya masih bisa diselamatkan dengan melakukan tambal dengan sistem tubeless pada lobang atau bocorannya, dan ternyata berhasil bertahan sebulan lebih. 

Pengalaman saya untuk kedua kalinya memberikan petunjuk bahwa ban motor yang mengalami bocor lebih efektif diatasi dengan cara tambal, bukan dengan cairan penambal ban yang ternyata tidak efektif dalam menutup lubang bocoran dan dapat merusak pentil ban juga pelek ban secara perlahan. 

Jadi apabila pemudik bersepeda motor mengalami kebocoran ban di tengah jalan, mau pilih cara mana untuk mengatasinya? Ke bengkel atau tangani sendiri? Tambal atau pakai cairan penambal ban? 

***

Referensi

https://otomotif.kompas.com/read/2023/04/21/174100715/angka-kecelakaan-selama-arus-mudik-lebaran-2023-turun-63-persen 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun