Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Pilih Ngontrak Rumah atau Nyicil Tanah? Nyicil Dong...

2 Mei 2024   07:36 Diperbarui: 5 Mei 2024   02:07 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah, rumah kecil, rumah minimalis.(SHUTTERSTOCK/HASRAN IZAN)

Selama 12 tahun hidup di Yogyakarta, saya menyebut diri sendiri "kontraktor". Kontraktor di sini bukan berarti orang yang bergerak di bidang usaha pembangunan perumahan atau kerennya disebut developer, bukan. Kontraktor di sini pengertian pelesetan yang berarti "tukang kontrak rumah" maksudnya.

Sudah 4 kali kami pindah kontrakan rumah. Kampus tempat saya dan istri bekerja memberi fasilitas pinjaman dana untuk kontrak rumah. Para dosen dan pegawai tempat saya dan istri bekerja kebanyakan dari luar daerah bahkan dari luar pulau, sehingga memang belum memiliki rumah sendiri, sehingga solusinya adalah mencari rumah kontrakan untuk bertempat tinggal.

Ribetnya "Kontraktor"

Pada awal mengontrak rumah, kami mendapat sumbangan meja kursi bambu rotan dan dipan ukuran kecil dari seorang rekan yang dulu pernah seasrama saat kuliah. Dia sudah lulus dari kuliahnya, perabot yang digunakan saat tinggal di kos luar sudah tidak berguna lagi sehingga dihibahkan kepada kami yang baru saja menikah dan membutuhkan perabotan rumah tangga untuk mengisi rumah kontrakan kami.

Dengan berjalannya waktu dan lahirnya anak kami yang pertama, maka barang-barang yang kami miliki semakin bertambah. Sangat bersyukur memang, tetapi sebagai seorang "kontraktor" maka selalu dibayang-bayangi bagaimana kalau masanya kontrak rumah sudah habis dan kami harus "usung-usung" barang-barang itu?

Benar saja ,setelah hampir 4 tahun kontrak rumah di sebuah perumahan, pemilik rumah berkata bahwa rumah itu akan diperbaiki karena rencananya mau dijual. Wah, kaget juga kami meski sudah jaga-jaga sebelumnya.

Saat itu istri hamil tua anak kami yang kedua. Akhirnya ribet itu semakin berat. Sudah harus "usung-usung" barang-barang rumah tangga sementara istri membawa "beban" sendiri dengan buah kandungan yang beberapa bulan lagi keluar. Mau mendesah gimana lagi karena menyadari kami hanyalah keluarga "kontraktor"?

Nyicil Tanah

Sebuah kebetulan kemudian terjadi. Ada seorang rekan yang pekerjaannya membangunkan rumah menawarkan kepada kami para dosen dan karyawan tempat saya bekerja. Dia menawarkan sebidang tanah yang luas kemudian dikapling-kapling.

Setiap kapling berukuran berkisar luasnya 100 meter persegi. Bersama rekan-rekan kemudian kami ikut mengambil kapling itu. Setelah diundi saya mendapat kapling dengan ukuran luar 105 meter persegi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun