Mengikuti kegiatan sosial, kelompok sastra, atau sekadar berbincang ringan dengan teman-teman menjadi terapi yang menyenangkan.
Dan tentu saja, piknik menjadi salah satu cara terbaik untuk menjaga keseimbangan mental. Rekreasi di alam terbuka bukan hanya menyegarkan pikiran, tapi juga menyehatkan fisik karena tubuh mendapatkan asupan vitamin D alami dari sinar matahari. Selain itu, interaksi dengan keluarga dan masyarakat memperkuat ikatan emosional serta menumbuhkan rasa memiliki yang sangat penting di masa pra-lansia.
Baca juga: Pantai Sepanjang: Permata Gunungkidul yang Tersembunyi
Kini saya menyadari bahwa memasuki usia 45 bukanlah awal dari kemunduran, melainkan titik balik menuju kehidupan yang lebih sadar dan bermakna. Pra-lansia justru merupakan masa terbaik untuk menata ulang gaya hidup, memperkuat fisik, menyehatkan mental, dan memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosial.
Menjadi sehat di usia ini bukan tentang menolak tua, melainkan tentang menerima prosesnya dengan penuh kesadaran. Karena sejatinya, tubuh yang sehat dan pikiran yang bahagia tidak datang secara instan, melainkan dari keputusan-keputusan kecil yang dilakukan setiap hari.
Usia 45 bukan akhir dari energi muda, tetapi awal dari kebijaksanaan hidup; saat kita belajar mencintai tubuh, menjaga pikiran, dan menikmati hidup dengan penuh syukur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI