Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Filosofi Kopi 2. Konflik, Cinta, dan Kebun Sawit

17 Juli 2017   20:56 Diperbarui: 26 Juni 2019   03:32 2702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ben. Dok. hiburan.metronews.com/film

Kedua. Selain itu seperti ada satu hal yang ingin diperjuangkan. Memperjuangkan, menolak perluasan perkebunan sawit yang semakin mendesak perkembangan perkebunan Kopi. Merusak ekosistem dan kehidupan alam yang seimbang. Dapat diketahui bahwa saat ini marak dibukanya perkebunan Sawit oleh pihak swasta. Hutan-hutan dibuka untuk perkebunan Sawit. Hewan-hewan kehilangan habitatnya. Perkebunan kopi hilang untuk kebun Sawit pula. Hal ini sangat positif. Sebagai bentuk penolakan pembukaan lahan-lahan baru untuk perkebunan sawit. Pun jika itu menghasilkan minyak lebih banyak. Keuntungan lebih besar, akibatnyapun akan lebih besar pula. Banyak hewan akan lari ke pemukiman warga karena tidak memiliki rumah lagi. Pastinya akan merusak lahan perumahan milik warga. Bisa menyebabkan banjir bandang karena penggundulan hutan di mana-mana. 

Saya rasa cerdas sekali film ini memanfaatkan moment yang tepat dalam memprotes pembukaan lahan sawit yang semakin marak. Kembali pada Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto). Akankan kedai kopi mereka yang dibuka untuk kedua kalinya ini akan terus bertahan di tengah konflik yang tidak bekesudahan. Beda watak dan karakter keduanya yang sangat jauh memicu konflik lebih besar. Ben yang sedikit temperamental sangat kuat dengan keyakinannya. Sedang Jody lebih pada sifat yang lebih dewasa dan lebih sabar. Kedunya bersahabat, namun konflik tak dapat dihindarkan. Lalu, bagaimana keduanya mengatasi konflik besar yang menjadikan perpecahan keduanya? 

Akankah persahabatan sejati antara mereka tetap terjalin? Bagaimana pula dengan kedua perempuan yang berada di antara kehidupan mereka selama merintis kembali kedai Filosofi Kopi mereka? Apakah mampu mempertahankan eksistensi Filosofi Kopi atau justru akan menjadikan ambruk (kedua kali) nya, lalu hilang tak berbekas? 

Tak adil jika saya ceritakan semuanya di sini. Saksikan langsung saja serentak di bioskop, mulai 13 Juli 2017. Jawabannya ada di sana. Pada setiap tiket ada satu biji kopi yang terselamatkan, lo. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, bukan?

Ben. Dok. hiburan.metronews.com/film
Ben. Dok. hiburan.metronews.com/film
Pastinya: 

SETIAP HAL yang PUNYA RASA


SELALU PUNYA NYAWA

~Ben~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun