Mohon tunggu...
Sumardin Karokaro
Sumardin Karokaro Mohon Tunggu... Freelancer - Sedang mengembangkan blog

Blogger, Pendiri Lapak Baca Pancana, Pemerhati Kebijakan Publik, embunpengetahuan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sepenggal Kisah Nelayan Desa

17 November 2022   18:49 Diperbarui: 30 November 2022   06:19 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku mulai membuka inti percakapan.

"Om... Selama ini om banyak dapatkan ikan??

Saat mendengar pertanyaanku Om penilaian menarik rokoknya kemudian membakarnya dan menghisap asapnya dengan begitu dalam sambil memikirkan jawaban yang ia berikan lalu ia hembuskan asapnya yang langsung dipisahkan oleh angin dan pergi menghilang.

"Laut sekarang sudah tidak seperti dulu lagi. Dulu sekali kita melaut ikan-ikan itu seolah loncat sendiri di atas sampan, sekarang walaupun kita cari sampai di Ujung teluk ini sudah jarang ada ikan yang banyak" jawab om nelayan itu.

"Dengan adanya bom ikan sekali meletus bisa mematikan ribuan ekor ikan sementara kami yang mencari ikan menggunakan jari kami hanya mendapatkan sisa-sisanya" Tambahnya.

Sontak saya terhentak mendengar kata bom ikan, lalu menanyakan kembali adanya pembom ikan itu.

"Siapa Om yang sering membom ikan yang ada di laut? Tanyaku.

"Siapa lagi kalau bukan orang di desa ini, dia menghalalkan segala cara menangkap ikan menggunakan bom tetapi dia tidak berpikir apakah hanya ikan yang mati atau dengan rumah-rumah ikan yang ada di dasar laut" ungkap om nelayan itu.

Sejenak saya berhenti berpikir, mata saya terbelalak, pikiran saya kacau. Hati saya bergumam "di zaman modern ini masih ada juga yang mencari ikan menggunakan bom, aneh bin ajaib"

"Lalu bagaimana dengan perilaku prmbom ikan itu, tidak ditegur oleh aparat desa atau dipanggil pihak kepolisian om.?

"Saya tidak tahu itu dan saya tidak ingin tahu, karena hal itu bukan urusan saya. Saya hanya mengurusi apa yang menjadi urusan saya, bukan mengurusi urusan orang lain"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun