Mohon tunggu...
Sultanul Salim Raharja
Sultanul Salim Raharja Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi saya adalah bermain Bola

Selanjutnya

Tutup

Book

Mankind in the Making Gagasan H.G. Wells tentang Manusia yang Belum Usai

5 September 2025   22:30 Diperbarui: 6 September 2025   14:15 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Nama H.G. Wells sering melekat pada imajinasi fiksi ilmiah seperti karya imajinasinya tentang mesin waktu, invasi alien, atau perang dunia yang dibayangkan jauh sebelum kenyataan. Namun, di luar cerita-cerita itu, Wells juga seorang pengamat sosial yang tajam. Ia pernah menulis buku berjudul Mankind in the Making (1903), sebuah karya yang tidak bercerita tentang perjalanan ke masa depan, melainkan tentang bagaimana manusia membentuk masa depannya sendiri.

Manusia Selalu dalam Proses

Bagi Wells, manusia tidak pernah benar-benar selesai. Kita selalu berada “dalam pembuatan” seperti tanah liat yang bisa dibentuk ulang. Ia menolak pandangan bahwa masyarakat sudah mencapai titik ideal. Sebaliknya, ia melihat umat manusia sebagai sesuatu yang masih harus diarahkan. Pertanyaan pentingnya adalah apakah kita sedang membentuk peradaban yang adil dan cerdas atau justru menciptakan jurang yang makin dalam.

Pendidikan sebagai Titik Awal

Wells meletakkan pendidikan sebagai fondasi utama perubahan. Menurutnya, banyak anak dengan potensi besar terbuang percuma hanya karena lahir dalam keluarga kurang mampu. Sistem pendidikan kala itu cenderung menguntungkan kelas atas, sementara masyarakat bawah terpinggirkan.

Ia berpendapat bahwa sekolah seharusnya tidak hanya mengajarkan membaca atau berhitung, tetapi juga menanamkan watak, keterampilan, dan cara berpikir kritis. Dengan pendidikan yang terbuka untuk semua kalangan, sehingga kesenjangan sosial bisa dikompres dan setiap individu berkesempatan menyumbang sesuatu untuk kemajuan bumi tercinta.

Ketidakadilan yang Menahan Peradaban

Namun, Wells tidak menutup mata pada kenyataan pahit. Ia sadar bahwa pendidikan saja tidak cukup jika kesenjangan sosial-ekonomi tetap dibiarkan. Banyak orang tidak mampu menempuh pendidikan bukan karena malas, melainkan karena kondisi hidup yang mengekang. Menurutnya, membicarakan masa depan umat manusia berarti juga berbicara tentang pemerataan kesempatan hidup.

Sains sebagai Penunjuk Arah

Terpengaruh pemikiran para Ilmuwan, Wells percaya bahwa manusia adalah makhluk yang berevolusi. Bedanya, ia menekankan bahwa manusia bisa memilih arah evolusinya. Dengan sains, perencanaan sosial, dan kesadaran kolektif, umat manusia dapat menghindari jalan buntu stagnan pikiran. Masa depan bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, tetapi sesuatu yang perlu dirancang.

Masih Relevan Hari Ini

Lebih dari seratus tahun setelah terbit, gagasan Wells tetap terasa berasa. Kita masih berhadapan dengan masalah pendidikan yang tidak merata, akses kesehatan yang timpang, dan jurang ekonomi yang melebar. Pandangan Wells menjadi semacam pengingat bahwa jika kita lalai membentuk manusia hari ini, maka masa depan yang lahir esok bisa jadi tidak lebih baik.

Pada akhirnya, Mankind in the Making mengajak kita untuk melihat manusia bukan sebagai sesuatu yang fana, melainkan sebagai proses panjang yang terus berjalan. Dan dalam proses itu, setiap generasi punya tanggung jawab untuk menata ulang agar manusia benar-benar menjadi lebih manusiawi dan berkompeten.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun