Karakter ini membuat perjuangan generasi reformasi tidak hanya mengandalkan demonstrasi, tetapi juga strategi advokasi melalui organisasi masyarakat sipil, diskusi publik, dan media independen. Keberhasilan mereka mendorong mundurnya Soeharto pada 21 Mei 1998 menjadi bukti nyata kekuatan kolektif anak muda. Namun, transisi menuju demokrasi membawa tantangan baru, termasuk fragmentasi gerakan dan munculnya politik uang.
Baca juga:
80 Tahun Merdeka dengan Warisan Reformasi dan Demokrasi yang Terluka
Tokoh-tokoh seperti Budiman Sudjatmiko, Sri Bintang Pamungkas, dan aktivis lainnya menjadi contoh bagaimana semangat juang di jalanan dapat dibawa ke arena kebijakan. Meskipun tidak semua janji reformasi terwujud, semangat kritis generasi ini tetap menjadi acuan bagi gerakan-gerakan berikutnya. Generasi reformasi membuktikan bahwa perubahan besar dapat dicapai ketika anak muda bersatu melampaui perbedaan. Mereka juga meninggalkan warisan penting: bahwa demokrasi harus dijaga melalui partisipasi aktif warga, bukan hanya melalui pemilu.
Generasi Z
Memasuki abad ke-21, Indonesia berada di era demokrasi yang lebih terbuka dan mulai terkoneksi dengan dunia digital. Generasi milenial awal tumbuh dalam suasana relatif damai dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, mereka menghadapi tantangan baru berupa globalisasi, persaingan kerja, dan disrupsi teknologi. Generasi yang dikenal sebagai Generasi Z atau Gen Z, atau iGen, atau Zoomers  mengacu pada generasi pada 1997-2012.Â
Mereka inilah penguasa teknologi digital sejati atu disebut sebagai Digital Natives karena merupakan generasi pertama yang lahir dengan akses luas ke internet dan teknologi digital sejak usia muda. Gen Z juga disebut "screenager", karena mereka tumbuh dengan layar, smartphone, laptop, dan tablet, dan itu adalah bagian besar dari hidup mereka. Selain melek teknologi digital, Gen Z juga dikenal sebagai generasi plural karena paling beragam secara etnis dan ras, yang mencerminkan perubahan demografis dan peningkatan penerimaan dan pemahaman tentang budaya dan latar belakang yang berbeda.Â
Dibanding para pendahulunya, Gen Z merupakan kelompok anak-anak muda yang paling sadar politik. Banyak Gen Z dikenal karena kepedulian mereka terhadap isu-isu sosial dan politik dan sering aktif dalam upaya membawa perubahan positif. Mereka lebih progresif dan liberal dibandingkan generasi sebelumnya dan cenderung memprioritaskan isu-isu seperti perubahan iklim, kesetaraan ras dan gender, serta hak-hak LGBTQ.
Kepeloporan generasi ini cenderung berorientasi pada inovasi dan kewirausahaan. Banyak anak muda yang memanfaatkan internet untuk membangun bisnis rintisan (startup), media independen, dan platform sosial. Gojek, Tokopedia, dan Ruangguru adalah contoh hasil karya anak muda yang lahir di era ini, menggabungkan teknologi dengan solusi atas masalah sehari-hari masyarakat.
Gerakan sosial juga mulai bertransformasi ke ranah digital. Advokasi lingkungan, kampanye anti-korupsi, dan gerakan literasi dilakukan melalui media sosial. Hashtag dan petisi online menjadi senjata baru yang mampu menarik perhatian publik dan media arus utama. Namun, generasi ini juga menghadapi tantangan berupa distraksi digital, polarisasi opini di media sosial, dan isu kesehatan mental. Meski begitu, fleksibilitas mereka dalam memanfaatkan teknologi membuat mereka mampu membangun pengaruh yang luas, bahkan hingga lintas negara. Generasi milenial awal mengajarkan bahwa kepeloporan di era modern tidak selalu berbentuk gerakan massa di jalanan, tetapi juga inovasi yang memberi dampak nyata bagi kehidupan sehari-hari masyarakat.