Pergantian kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru membawa perubahan besar dalam kehidupan politik dan sosial Indonesia. Generasi muda yang lahir atau tumbuh di periode ini berada dalam situasi yang relatif stabil secara politik, tetapi penuh dengan pembatasan kebebasan berpendapat. Pemerintah memfokuskan diri pada pembangunan ekonomi, infrastruktur, dan industrialisasi, namun dengan sistem politik yang sentralistik dan kontrol ketat terhadap media serta organisasi masyarakat.
Dinamika sosial politik pada masa ini lebih banyak diwarnai oleh Generasi X yang lahir antara tahun 1965-1980; dan Generasi Y yang lahir antara 1981-1998. Untuk Gen X yang besar di masa keemasan Orde Baru ini ditandai dengan karakter mandiri, cerdas teknologi, dan hidup seimbang antara kerja dengan kehidupan pribadi. Kemajuan signifikan generasi ini berbarengan dengan program pendidikan secara masif yang dilakukan oleh Presiden Soeharto melalui SD Inpres (Instruksi Presiden) pada 1970-an. Berkat program pendidikan yang progresif, Gen X mulai berkenalan dengan teknologi, meskipun dalam skala yang terbatas.Â
Berbeda dengan generasi sebelumnya yang kritis terhadap pemerintah, Gen X lebih banyak diam terhadap kebijakan pemerintah. Kondisi ini membuat Gen X menjadi satu-satunya generasi pemuda Indonesia yang paling banyak mengalami dilema secara politis: di satu sisi mereka menikmati hasil pembangunan seperti meningkatnya akses pendidikan dan peluang kerja, di sisi lain mereka dibatasi untuk mengekspresikan kritik terhadap pemerintah. Meski demikian, ada juga Gen X yang kritis, sehingga memunculkan dua tipe kepeloporan pemuda, yaitu: yang patuh pada sistem dan membantu program pembangunan, serta yang kritis dan berani menentang ketidakadilan meskipun berisiko berhadapan dengan aparat.
Aksi mahasiswa pada 1974 (Peristiwa Malari) menjadi simbol perlawanan generasi ini terhadap kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Mereka menyoroti ketimpangan sosial, masuknya modal asing secara besar-besaran, dan praktek korupsi di kalangan elite. Demonstrasi ini berakhir dengan bentrokan yang memakan korban, namun menjadi titik balik kesadaran politik anak muda di era Orde Baru.
Selain di jalur politik, anak muda juga menyalurkan ekspresi kritis melalui kesenian, musik, dan teater. Karya W.S. Rendra misalnya, menjadi simbol perlawanan kultural terhadap represi. Musik rock dan lagu-lagu bertema sosial mulai populer, menjadi media alternatif untuk menyuarakan kritik. Di bidang olahraga, anak muda menunjukkan prestasi internasional yang membangkitkan rasa bangga nasional.
Generasi ini menunjukkan bahwa kepeloporan tidak selalu berbentuk revolusi besar, tetapi juga melalui upaya konsisten mempertahankan idealisme di tengah sistem yang membatasi kebebasan. Mereka mengajarkan bahwa keberanian untuk bersuara, meski dibungkam, adalah bentuk perjuangan yang tak kalah penting.
Generasi ReformasiÂ
Krisis moneter 1997–1998 menjadi latar belakang kelahiran semangat juang generasi reformasi. Keterpurukan ekonomi, tingginya pengangguran, dan maraknya korupsi di kalangan pejabat membuat anak muda, terutama mahasiswa, bergerak untuk menuntut perubahan sistem. Mereka tidak lagi hanya mengkritik kebijakan, tetapi secara langsung menuntut turunnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade.
Gerakan mahasiswa 1998 menjadi puncak kepeloporan generasi ini. Ribuan mahasiswa turun ke jalan, menduduki gedung DPR/MPR, dan membangun solidaritas lintas kampus. Mereka mengusung agenda reformasi yang mencakup penghapusan dwifungsi ABRI, pemberantasan KKN, penegakan demokrasi, dan penegakan hukum yang adil.
Para pelopor gerakan reformasi merupakan generasi milenial yang lahir pada 1981 di masa Orde Baru. Pada umumnya mereka sudah mengenyam pendidikan tinggi berkat kebijakan Orde Baru yang pro pendidikan. Berkat pendidikan tersebut, generasi milenial yang memelopori perjuangan reformasi banyak terpapar berbagai ide dan perspektif perjuangan politik maupun dalam dunia bisnis. Oleh karena itu, banyak generasi milenial mahasiswa 98 yang aktif di bidang politik dan menjadi pebisnis sukses sekarang. Motivasi generasi reformasi menjadi pebisnis karena pandangan hidup mereka yang fleksibel, enggan dibatasi pada jam kerja formal, lebih senang mencari peluang untuk bekerja secara mandiri, jarak jauh, dan bekerja lepas.Â