Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Pemerhati Isu-isu Pangan Lokal, mantan Peneliti Litbang Kompas

Senang menulis isu-isu pangan, lingkungan, politik dan sosbud kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadan Tiada Kesan Tanpa I'tikaf

21 Maret 2025   06:09 Diperbarui: 24 Maret 2025   00:15 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengisi I'tikaf dengan tadarus (Sumber: Viva.com)

Ramadan tidak akan berkesan tanpa I'tikaf. Kalau sekadar menahan lapar dan haus semua orang bisa melakukannya. Kalau cuma tahan diri untuk marah meskipun cuma sebentar masih cukup banyak orang bisa melakukannya. Untuk tadarus, tarawih masih bisa juga orang melakukannya. Semua ibadah tersebut memiliki nilai khusus dalam bulan Ramadan jika kita melakukannya dengan benar dan "lillahi ta'ala", hanya karena Allah semata.

Tapi I'tikaf beda. Meskipun hanya terhitung 10 hari atau sepertiga bagian dari keseluruhan Ramadan nilainya sangat istimewa dan memiliki kedudukan yang paling tinggi dari semua ibadah yang Allah istimewakan.

I'tikaf bukan sekadar ritual tambahan, melainkan bentuk penghambaan total kepada Allah yang menuntut seseorang untuk meninggalkan kehidupan duniawi sejenak dan mengabdikan diri sepenuhnya di rumah-Nya. Meskipun menahan lapar dan haus selama puasa adalah bentuk pengendalian diri, dan tadarus serta tarawih adalah amalan yang sangat dianjurkan, I'tikaf membawa seseorang pada pengalaman spiritual yang lebih dalam. Dalam kesunyian malam-malam I'tikaf, seorang hamba mendapatkan kesempatan langka untuk benar-benar membersihkan hati, mendekat kepada Allah, dan merasakan makna hakiki dari keberserahan diri.

Keistimewaan I'tikaf bukan hanya terletak pada nilai ibadahnya, tetapi juga pada tantangan yang harus dihadapi oleh mereka yang melakukannya. Tidak semua orang mampu meninggalkan rutinitas harian, pekerjaan, keluarga, dan kenyamanan hidup demi berdiam diri di masjid selama sepuluh hari terakhir Ramadan. Butuh kesabaran, keteguhan niat, dan tekad kuat untuk tetap istiqamah dalam ibadah di tengah godaan duniawi. I'tikaf juga menguji ketahanan fisik dan mental seseorang karena ia harus membiasakan diri dengan waktu tidur yang berkurang, memperbanyak doa, zikir, serta menghindari pembicaraan sia-sia.

Barang siapa yang mampu bertahan dalam kesunyian dan keterasingan dari dunia selama I'tikaf, ia akan merasakan nikmatnya kedekatan dengan Allah, mendapatkan ketenangan jiwa, serta memperoleh ampunan dan rahmat yang luar biasa. I'tikaf merupakan ibadah yang mengantarkan sebuah perjalanan menuju puncak keimanan, di mana seorang hamba bisa merasakan makna kebebasan sejati dan hanya bergantung kepada Allah semata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun