Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Pemerhati Isu-isu Pangan Lokal, mantan Peneliti Litbang Kompas

Senang menulis isu-isu pangan, lingkungan, politik dan sosbud kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Memanfaatkan Kembali Sampah Organik dari Dapur Ramadan

14 Maret 2025   03:14 Diperbarui: 13 Maret 2025   23:02 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kompos (Kompas.com)

Dengan kesadaran untuk mengelola sampah organik dari dapur Ramadan, masyarakat dapat menerapkan pola konsumsi yang lebih bijak, mengurangi limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir, serta menciptakan kebiasaan berkelanjutan dalam mengelola lingkungan. Dengan demikian, dapur Ramadan tidak hanya menjadi tempat memenuhi kebutuhan pangan selama puasa, tetapi juga menjadi ruang untuk mengaktualisasikan prinsip keberlanjutan dan kepedulian lingkungan. Dapur Ramadan merujuk pada aktivitas memasak dan menyiapkan makanan selama bulan Ramadan, baik di rumah tangga maupun di dapur umum yang menyediakan hidangan berbuka dan sahur bagi masyarakat.

2. Membuat Kompos dari Sisa Sayur dan Buah

Sampah organik dari dapur, seperti sisa sayur dan buah, sering kali dianggap sebagai limbah yang tidak berguna. Padahal, sampah jenis ini kaya akan nutrisi yang sangat bermanfaat bagi tanah dan tanaman. Salah satu cara terbaik untuk memanfaatkannya kembali adalah dengan mengolahnya menjadi kompos. Kompos merupakan hasil dekomposisi bahan organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah secara alami. Dibandingkan dengan pupuk kimia, kompos lebih ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air serta menyediakan unsur hara bagi tanaman. Mengolah sampah organik menjadi kompos bisa mengurangi volume sampah secara signifikan, sehingga tidak menambah kapasitas sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), yang selama ini menjadi masalah besar bagi lingkungan.

Untuk membuat kompos dari sisa sayur dan buah, kita perlu mengenali bahan-bahan yang bisa dikomposkan. Kulit buah seperti pisang, apel, dan jeruk, sisa sayuran yang mulai layu atau membusuk, daun teh bekas, serta ampas kopi adalah contoh bahan yang ideal untuk dikomposkan. Sebaliknya, beberapa bahan organik seperti sisa makanan berminyak, produk susu, dan daging sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan bau tidak sedap dan menarik hama. Dengan memilah sampah dapur dengan baik, proses pembuatan kompos akan berjalan lebih optimal tanpa menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitar.

Ilustrasi kompos (Kompas.com)
Ilustrasi kompos (Kompas.com)

Ada dua metode utama dalam pembuatan kompos, yaitu kompos aerob dan kompos anaerob. Kompos aerob memerlukan oksigen dalam proses penguraiannya, sehingga harus sering dibalik agar tetap mendapat suplai udara. Metode ini lebih cepat dalam menghasilkan kompos yang matang. Biasanya dalam waktu 4 hingga 6 minggu. Sementara itu, kompos anaerob tidak memerlukan udara dan biasanya dilakukan dalam wadah tertutup. Prosesnya lebih lambat, bisa memakan waktu hingga beberapa bulan, tetapi tetap efektif untuk mengolah sampah organik. Kedua metode ini bisa diterapkan di rumah dengan menggunakan ember bekas, drum, atau wadah khusus komposter.

Agar proses dekomposisi berjalan lebih cepat, kita bisa menambahkan EM4 (Effective Microorganisms 4), yaitu larutan berisi mikroorganisme yang mempercepat penguraian bahan organik. Selain EM4, bahan alami seperti gula merah dan air cucian beras juga bisa digunakan untuk mempercepat fermentasi dan meningkatkan kualitas kompos. Gula merah berfungsi sebagai sumber energi bagi mikroorganisme pengurai, sedangkan air cucian beras mengandung nutrisi yang membantu perkembangan bakteri baik dalam kompos. Dengan cara ini, kompos akan lebih cepat matang dan memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik untuk tanaman.

Menggunakan kompos dalam kebun rumah tangga atau urban farming memiliki banyak manfaat. Kompos tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah, tetapi juga membantu menjaga kelembaban dan struktur tanah agar tetap gembur. Bagi mereka yang berkebun di lahan terbatas, seperti di pekarangan rumah atau dalam pot, kompos menjadi solusi alami untuk mendapatkan tanah yang subur tanpa perlu membeli pupuk kimia. Dengan mengolah sampah dapur menjadi kompos, kita telah mengurangi limbah rumah tangga sekaligus menciptakan ekosistem pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

3. Memanfaatkan Sisa Nasi dan Lauk 

Sisa nasi dan lauk sering kali menjadi limbah makanan yang terbuang begitu saja, padahal masih bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Ayam, bebek, dan ikan merupakan beberapa jenis hewan yang dapat mengonsumsi sisa makanan tersebut dengan aman, asal diberikan dengan cara yang benar. Nasi dan lauk yang masih layak makan dapat dicampur dengan dedak atau sisa sayuran untuk menambah nilai gizi bagi hewan ternak. Ini adalah solusi dalam membantu mengurangi limbah makanan sekaligus menekan biaya pakan bagi peternak rumahan.

Namun, penting untuk memastikan bahwa makanan yang diberikan belum mengalami pembusukan atau berjamur, karena makanan yang sudah basi bisa membahayakan kesehatan hewan ternak. Makanan yang sudah berfermentasi secara alami, seperti sisa nasi yang mulai mengeluarkan aroma asam, masih bisa diberikan kepada unggas dalam jumlah terbatas, tetapi harus dihindari jika telah berjamur. Selain itu, makanan yang terlalu berminyak atau berbumbu tajam juga sebaiknya tidak diberikan karena dapat mengganggu sistem pencernaan hewan. Dengan pemilahan yang tepat, sisa nasi dan lauk bisa menjadi sumber pakan yang efektif dan tetap aman bagi ternak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun