Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenangan Meliput Gerhana Matahari Total 2016

8 April 2024   17:10 Diperbarui: 8 April 2024   17:20 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantulan bayangan matahari menjelang gerhana (Dokumentasi pribadi)

Sepintas saya perhatikan, ternyata kamera dan lensa yang dipasang untuk memotret matahari harganya pasti tidak main-main. Kamera Digital SLR bermerek dengan lensa tele yang panjang dan berat sehingga harus ditopang dengan tripod yang kaki-kakinya besar dan kokoh.

Sambil menunggu datangnya gerhana, saya keliling mencoba kamera-kamera perekam gerhana yang dipasang berjejer di sepanjang lapangan. Dari lubang intipnya, kita bisa melihat dengan jelas posisi matahari yang akan dilintasi oleh bulan sesaat lagi.

Warga antusias ingin melihat matahari menggunakan teropong khusus (Dokumentasi pribadi)
Warga antusias ingin melihat matahari menggunakan teropong khusus (Dokumentasi pribadi)

Warga yang hiruk pikuk dengan kaca mata gerhana yang dibagi-bagikan panitia menjadi pemandangan menarik untuk diabadikan. Kesempatan ini tidak dibiarkan lewat begitu saja tanpa dipotret. Boleh dibilang, aktivitas terbanyak saya pagi itu adalah memotret perilaku masyarakat di lapangan saat menunggu datangnya GMT.

Dari panggung terdengar panitia mulai mengumumkan periode gerhana matahari total dari 10 menit menuju ke 5 menit, dan akhirnya sampai pada 1 menit. Hitungan mundur pun mulai dilakukan secara bersama-sama dari detik ke-20. Di bawah pimpinan panitia dengan pengeras suara, hitungan mundur pun terdengar bergema di seluruh lapangan yang dimulai dari 20 detik dan seterusnya.

Panitia juga menginformasikan tentang fenomena yang akan terjadi ketika GMT mencapai puncaknya. Sinar matahari pun mulai meredup secara perlahan-lahan diikuti dengan suasana alam yang gelap. Makin kecil hitungan detik makin gelap keadaan di lapangan Desa Kalora.


Warga antusias ingin menyaksikan gerhana matahari total dengan kacamata khusus (Dokumentasi pribadi)
Warga antusias ingin menyaksikan gerhana matahari total dengan kacamata khusus (Dokumentasi pribadi)

Hingga sampai pucak GMT alam benar-benar hitam pekat, dan gelap gulita. Suara ayam berkokok pun langsung terdengar bersahutan di sekitar lapangan. Kekaguman masyarakat dengan fenomena yang baru dirasakan hari itu tercurah dalam ungkapan doa-doa dan pujian terhadap kebesaran Tuhan. Saat itu, lapangan Kalora yang selama ini sepi, menjadi pusat doa semua umat beragama yang hadir di situ.

Suara panitia tetap menggelegar meminta agar warga tidak panik dengan perubahan suasana alam dari terang ke gelap secara drastis. Ini semua adalah fenomena yang menampakkan keajaiban alam. Warga pun diminta untuk tetap berdoa dan memuji kebesaran Tuhan dengan fenomena GMT ini.

Pantulan bayangan matahari menjelang gerhana (Dokumentasi pribadi)
Pantulan bayangan matahari menjelang gerhana (Dokumentasi pribadi)

Ketika posisi bulan mulai bergerak hendak meninggalkan matahari, panitia pun langsung mengingatkan sehingga warga tetap sadar dan menunggu momen perubahan suasana alam berikutnya, yaitu dari gelap menuju terang. Saya menyaksikan di ujung langit, yang tadinya hitam pekat mulai berubah menjadi abu dan daun-daun pohon pun mulai tampak pelan-pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun