Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jepang Lebih Baik Karena Budaya Bacanya

25 Maret 2024   23:47 Diperbarui: 26 Maret 2024   01:26 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi budaya baca di Jepang (Sumber: Jogja.tribunnews.com)

Ilustrasi Tachiyomi atau budaya baca sambil berdiri (Sumber: Tensai-Indonesia.com)
Ilustrasi Tachiyomi atau budaya baca sambil berdiri (Sumber: Tensai-Indonesia.com)

Toko buku selalu menjadi ekosistem dalam mengembangkan budaya baca di Jepang. Karenanya, semua toko buku di Jepang selalu menutup tokonya lebih larut daripada mal dan supermarket. Dengan menutup lebih larut, toko buku tetap menyediakan buku kepada para konsumen yang datangnya malam hari.

Para konsumen ini punya kebiasaan tachiyomi yaitu datang ke toko buku hanya sekadar membaca sambil berdiri di toko buku tanpa membeli. Mereka cenderung menjadikan kegiatan membaca buku sebagai cara melepas kebosanan di malam hari. Bukan sebuah rutinitas, namun dari tachiyomi ini,  tidak sedikit para pengunjung akan mengakhiri malam mereka di toko buku dengan membeli satu atau dua buku sebagai oleh-oleh.

Bahkan, banyak penerbit memanfaatkan toko buku dengan segala dinamikanya sebagai ajang promosi yang dilakukan melalui media televisi. Acaranya diformat dengan menghadirkan artis dan aktor untuk mempresentasikan referensi sebuah buku. Setelah sesi presentasi para artis yang hadir sebagai peserta akan menawar lalu membeli buku tersebut. Dari program promosi ini para pengunjung akan mendapat insight terlebih dahulu sebelum membeli buku.

Perpustakaan juga menjadi salah satu ekosistem dalam mempromosikan budaya baca di Jepang. Sama seperti toko buku, perpustakaan pun sangat mudah dijumpai di seluruh pelosok hingga ke pedesaan. Kalau di toko buku para pengunjung terbiasa membaca dalam suasana ramai dan bising.

Di perpustakaan, para petugas keamanan akan berkeliling untuk menjamin bahwa tidak ada kebisingan yang muncul selama aktivitas membaca berlangsung. Pengunjung tidak diperbolehkan untuk membuat kebisingan karena dianggap mengganggu orang lain yang sedang membaca. Setiap tahunnya tercatat lebih dari 100 juta buku telah dipinjam pengunjung perpustakaan dan menjadi peminjaman buku koleksi perpustakaan yang terbanyak di dunia.

Kenyamanan dalam membaca di toko buku, perpustakaan, ruang publik, transportasi publik, atau taman bacaan adalah bentuk apresiasi masyarakat terhadap orang-orang yang membaca. Warga tidak akan mengganggu orang-orang yang sedang membaca. Sebaliknya, para "kutu buku" tersebut diapresiasi untuk melahap semua isi buku yang ada di tangan mereka. Orang-orang yang senang membaca dihormati sebagai pemburu ilmu pengetahuan yang diyakini sangat berguna untuk negara. 

Literasi Tinggi

Jepang adalah negara yang memiliki tingkat literasi yang terbaik di dunia. Fakta ini terungkap dari hasil studi yang dilakukan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) terhadap 166.000 partisipan yang berasal dari 24 negara. Mereka berada dalam rentang usia 16-65. Studi tersebut mengungkapkan bahwa orang dewasa Jepang mempunyai kemampuan super ketimbang peserta dari negara lain.

Studi ini menguji kemampuan literasi dengan mengukur tingkat kesulitan membaca, memakai skala 1 sampai 5. Angka 5 merupakan poin tertinggi yang menguji kemampuan dalam mengolah informasi serta kemampuan dalam mencari dari teks-teks yang padat.

Hasilnya, ternyata 1 dari 5 orang Jepang mendapatkan skor 4 atau 5. Cuma 4,9 persen orang Jepang yang mendapatkan skor 1 atau kurang. Selain kemampuan membaca, orang Jepang juga memiliki kemampuan menulis yang lebih baik, jauh di atas orang Italia dan Spanyol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun