Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Pengalaman Mudik Pertama dengan Mobil Sendiri

17 Maret 2024   11:53 Diperbarui: 17 Maret 2024   18:53 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Selepas jamak qashar di masjid kampung situ, hari sudah gelap. Perjalanan penuh tantangan dimulai dari sini, karena kondisi lampu utama mobil Saya redup sekali. Jarak pandangnya hanya satu meter lebih, dan itu pun agak menukik. Mobil kami bergerak pelan-pelan meninggalkan masjid dengan doa semoga kami selamat sampai di Kuningan dengan kondisi badan yang sudah lelah dan penerangan yang tidak memadai. 

Sekarang perjalanan kami sudah memasuki episode waktu keempat, yaitu dari pagi, siang, sore, dan malam. Kalau dihitung secara durasi, kurang lebih 12 jam atau seperempat hari kami sekeluarga berada di dalam mobil menempuh perjalanan ke tempat tujuan, Kuningan. 

Mobil terus bergerak melewati jalan aspal yang mulus mengikuti petunjuk yang diarahkan oleh rambu di sepanjang jalan. Untuk sampai ke Kuningan, kami harus melewati Majalengka terlebih dahulu, sehingga mobil saya arahkan ke Majalengka. Kali ini kami melintasi gelapnya malam karena keterbatasan penerangan pada lampu utama mobil. Kendalanya ditambah lagi dengan mata yang sering ngantuk dan penglihatan Saya yang buram. 

Perjalanan kali ini tidak lagi dituntun oleh pengetahuan saya tentang jalan dan lokasi yang kami lewati, tetapi mengandalkan insting agar selamat. Mobilnya sendiri masih sehat dari suara deru mesin yang terdengar sehat hingga ke kabin. Mobil bergerak lebih pelan mengikuti petunjuk lampu yang jarak pandangnya dekat. Kali ini jalannya tidak lurus tapi berkelok-kelok di tambah dengan sedikit tanjakan dan turunan. Di dalam mobil sendiri sangat gelap karena cahaya dari luar sulit untuk menembus kaca film yang tebalnya mencapai 80 persen. Jadi kondisi dalam mobil benar-benar pekat.

Di balik gelap dan sunyi dalam kabin tersebut, dari benak Saya muncul kekaguman terhadap mobil Corolla SE Salon 1988 yang sudah berusia ini.  Mesinnya yang tangguh telah teruji berulang kali. Meskipun mobil tua ini terasa berat di beberapa titik, namun mesinnya tetap bekerja dengan baik, memberikan tenaga yang cukup untuk melewati setiap rintangan di sepanjang jalan. Sedan tua ini membuktikan ketangguhannya di tengah kemacetan yang membuat orang lain putus asa.

Corolla tua ini  telah membawa kami melintasi segala macam cuaca dan jalan yang ekstrem dengan kekuatannya yang luar biasa. Kami yakini ketangguhannya setelah menghadapi cuaca panas dan jalan yang ekstrem tanpa rewel sedikit pun. Meski dibilang tua, kami semakin percaya pada keandalannya yang legendaris. Pengalaman ini lalu menjadi pedoman kami dalam membeli mobil-mobil berikutnya  menjadi bagian dari keluarga kami selama bertahun-tahun.

Majalengka -  Kuningan

Jam 7 malam kami belum sampai ke Majalengka, kota yang menjadi patokan arah untuk ke Kuningan. Saya jadi membayangkan, jika saat itu Google Map sudah bisa digunakan secara masif seperti sekarang, mungkin kami sudah berada di Kuningan sebelum Magrib. Semakin malam pikiran mulai aneh-aneh. Untuk mengalihkannya, Saya bangunkan si sulung untuk diajak ngobrol karena ibunya sudah tertidur  pulas menemani adiknya. 

Dia terbangun dan menanyakan posisi terakhir mobil. Saya hanya menjawab sebentar lagi. Rupanya dia juga tidak kuat menahan kantuknya. Setelah bertanya dia terdiam kemudian melanjutkan kembali tidurnya yang terganggu oleh saya. Saya coba masukkan satu kaset pita ke dalam tape mobil untuk memutar musik sebagai pengusir sepi. Mobil ini masih menggunakan sistem audio yang masih menggunakan pemutar kaset. 

Akhirnya kami masuk juga ke Majalengka, kota harapan yang kami sasar sejak sore tadi. Waktu itu sudah jam 8 lewat. Mobil saya parkirkan di salah satu rumah makan ayam bakar yang menunya cukup komplit. Anak-anak dan ibunya turun dan langsung masuk ke dalam. Saya beres-beres dulu barang-barang yang berantakan di kabin, kemudian menyusul mereka ke dalam. Setelah makan, bersih-bersih dan istirahat, perjalanan dilanjut kembali dengan si Corolla tua. 

Sebetulnya saya juga baru pertama kalinya sampai di Majalengka dalam perjalanan mudik ini. Saya memilih Majalengka setelah posisi kami keluar dari Cikamurang tadi sore. Saya mengintip peta, dan ternyata dari posisi kami tersebut, akses ke Kuningan lebih dekat dijangkau dari Majalengka melewati jalur Cikijing. Terus terang, nama daerah ini sendiri benar-benar asing karena memang baru pertama kali tahu nama itu. Karena pilihannya cuma itu, saya turuti saja informasi dari peta tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun