Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Konsolidasi Politik Jokowi Terus Mengancam Kohesifitas PDIP Jateng

10 Februari 2024   23:05 Diperbarui: 5 Maret 2024   16:40 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Popularitas Jokowi  melambung melalui gebrakannya dalam merelokasi pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Monumen '45 Banjar Sari. Keberhasilan Jokowi dalam merelokasi PKL tanpa kekerasan ini menjadi ikon kepemimpinan Jokowi yang dialogis dan mengedepankan aspek kemanusiaan.

Sumber: Kompas.id
Sumber: Kompas.id

Dalam kasus relokasi PKL Banjar Sari ini Jokowi memilih untuk menggunakan pendekatan dialog secara budaya sebagai sesama orang Solo dan wong cilik untuk membicarakan rencana penataan kota yang hendak dilakukan oleh pemerintah kota. 

Pendekatan ini melalui proses dialog hingga 54 kali pertemuan dalam kurun waktu kurang lebih 7 bulan lamanya, sebelum mereka bersedia untuk direlokasi ke Pasar Notoharjo Semanggi pada 2006.  

Dalam menghadapi para PKL yang kerap dianggap sebagai biang kesemrawutan kota, Jokowi memegang prinsip bahwa tugas pemerintah memberi ruang kepada pedagang kecil untuk maju, bukan menggusur mereka. Jokowi percaya bahwa pemimpin yang baik adalah yang mengikuti keinginan rakyat yang dipimpinnya. 

Untuk itu Jokowi selalu menggunakan model dialogis tatap muka secara langsung dengan rakyatnya dalam rangka nguwongke wong cilik, yang berarti memberi martabat kepada orang kecil. "Diuwongke" atau dimanusiakan, adalah memperlakukan rakyat kecil sebagai manusia terhormat dengan mempermudah cara mereka mencari uang.


Jokowi melanjutkan kepemimpinannya sebagai Wali Kota Solo pada 2010 dan berhenti pada 2012 karena terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dua tahun menjabat sebagai Gubernur Jakarta, karier politik mantan Wali Kota Solo menanjak ke tampuk kepemimpinan nasional setelah terpilih menjadi Presiden RI yang ketujuh.

Perjalanan dan sukses politik yang diraih Jokowi sejak menjadi Wali Kota Surakarta pada 2005 hingga menjadi Presiden RI tahun 2014 telah disokong oleh PDIP, terutama kader-kader dan pemilih PDIP Jateng. Namun, di sisi lain, Jokowi adalah sosok yang menjadi daya tarik di balik peningkatan suara PDIP.

Daya tarik Jokowi bagi  PDIP adalah coattail effect atau efek ekor jas dari elektabilitas Jokowi yang berimbas kepada partai pengusungnya ini. PDIP sebagai partai sponsor utama pencalonan Jokowi sudah pasti mendapatkan coattail effect paling besar dari elektabilitas Jokowi tersebut.

Fenomena coattail effect dari Jokowi ini berlaku dalam waktu yang cukup panjang, sehingga PDIP pun bisa memperoleh kemenangan selama Jokowi menjadi capres dua periode. Coattail effect inilah yang sering disebut sebagai Jokowi effect dalam tata kelola pemerintahan dan relasi kuasa yang berpusat pada Jokowi.

Getarkan Jateng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun