Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menjadikan Yogyakarta sebagai Surga Kuliner

23 Februari 2019   23:37 Diperbarui: 24 Februari 2019   00:43 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang 'Jogja Expo Center' untuk Jogja Halal Expo 2019. Sumber: penulis

JOGJA HALAL FOOD EXPO 2019 merupakan event yang sangat penting di Yogyakarta. Melalui event ini, para entrepreneur pegiat UKM sektor kuliner berkesempatan emas untuk mengenalkan produk unggulan mereka. Sebagian besar produk telah menyandang sertifikat halal dan layak lepas landas menuju pasar global.

Bertabur Kisah Inspiratif 

Event 'Jogja Halal Food Expo 2019' terselenggara berkat sinergi Dinas Koperasi UKM Daerah Istimewa Yogyakarta, Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM (PLUT-KUMKM) Daerah Istimewa Yogyakarta, berbagai instansi pemerintah, para entrepreneur sektor kuliner, dan dukungan masyarakat. Berlangsung selama lima hari (20-24 Februari 2019) di gedung Jogja Expo Center.

Jogja Halal Food Expo 2019 digelar ketika musim hujan mengepung Yogyakarta. Kadang, air hujan telah melewati mata kaki, sehingga bisa mengapungkan selembar daun atau perahu kertas. Di jalan raya, para pengendara kendaraan bermotor rentan diserang kepanikan dan terobsesi segera sampai di tujuan, sehingga beberapa pengendara terlibat aksi kebut. Klakson melengking di mana-mana saat macet terjadi. Udara dingin yang menembus sampai sum-sum tulang; membuat orang-orang enggan keluar rumah atau berharap bisa duduk di kafe dengan ditemani segelas kopi hangat.    

Stand Jogja Halal Food Expo 2019. Sumber: penulis.
Stand Jogja Halal Food Expo 2019. Sumber: penulis.
Stand Jogja Halal Food Expo 2019. Sumber: penulis.
Stand Jogja Halal Food Expo 2019. Sumber: penulis.
Makan berdua. Sumber: penulis
Makan berdua. Sumber: penulis
Namun, kisah-kisah inspiratif para entrepreneur jauh tidak bisa dipudarkan hujan. Alih-alih kisah mereka seolah bisa menghalau gigil dan menghangatkan seluruh ruangan Jogja Expo Center. Susana meresahkan yang muncul bersama hujan tidak sebanding dengan proses yang mereka jalani untuk menghasilkan karya. Saat bercerita, sorot mata mereka memijarkan api harapan. Meskipun kadang diredupkan angin keraguan, api harapan tersebut tetap menyala dan tetap bertahan menerangi jalan menuju masa depan.

Siap untuk Sukses

 

Entrepreneur pegiat UKM yang menggelar karya kulinernya di Jogja Halal Food 2019 merupakan insan-insan yang siap untuk sukses. Meskipun bukan entrepreneur kelas kakap, semangat mereka menyala-nyala.

Berty dan produk 'Emprit Ginger' ditangannya. Sumber: penulis
Berty dan produk 'Emprit Ginger' ditangannya. Sumber: penulis
Berty (33 tahun) merupakan salah seorang entrepreneur muda inspiratif yang muncul di Jogja Halal Food 2019. Tanpa basis wawasan sektor industri yang mapan dan dukungan dana yang memadai, Berty berani menerobos penjara zona nyaman. Di salah satu stand dalam ruang gedung Jogja Expo Center, Berty mengenalkan produk unggulan berupa sirup jahe emprit (Emprit Ginger) berlabel Sumber Berkah. Nyaris semua proses industri dijalankan sendiri oleh Berty. Kadang, ia memang dibantu satu atau dua orang anggota keluarga. Tetapi, sebagian besar proses tersebut, dilakoni Berty seorang sendiri.   

Bila dicermati, Emprit Ginger termasuk inovatif dan sangat kreatif. Sirup ini memperlihatkan warna larutan yang cantik dan dikemas dengan apik. Harganya pun sangat terjangkau. Produk Emprit Ginger telah didistribusikan di Yogyakarta dan mendapatkan sambutan hangat dari pecinta kuliner.

Satu-satunya hambatan yang agak sulit untuk ditembus Berty hanyalah pemasaran untuk area luar Yogyakarta. Tidak sedikit pemintaan Emprit Ginger dari pecinta kuliner dari luar Yogyarta ataupun dari luar Pulau Jawa. Permintaan tersebut sulit untuk dipenuhi karena ongkos kirim melalui jasa paket pos jauh lebih mahal daripada harga produknya. Meskipun demikian, kreatifitas Berty tidak lumpuh begitu saja. Spirit entrepreneur tetap mengalir deras dalam darahnya. Ia terus mengembangkan kreatifitas dan inovasi.

Selain sirup emprit ginger, Berty membawa minuman tradisional. Minuman tersebut bisa dengan mudah kita temukan di pasar-pasar tradisional Yogyakarta. Tetapi, berkat tangan kreatif Berty, minuman tersebut memiliki rasa yang berbeda dan tampilan istimewa.  

Puncak menara kesuksesan masih jauh dari pandangan Berty. Tetapi, ia telah keluar dari zona aman. Dengan demikian, ia telah melangkahi separuh anak tangga menuju puncak menara kesuksesan.

Pada stand tempat Berty menggelar karya kulinernya, muncul pula sosok entrepreneur tangguh; Ayub Suharno (40 tahun). Di antara para entrepreneur di Jogja Halal Food 2019, Ayub merupakan sosok yang paling tahan banting. Bagaimana tidak? Usaha brownies kukus berlabel Melinda yang dikelolanya, telah dijalankannya selama lima tahun. Meskipun omset sulit untuk mencapai angka yang memuaskan, usaha kuliner tersebut tetap bertahan.   

Ayub dan produk brownies kukus Melinda. Sumber: penulis.
Ayub dan produk brownies kukus Melinda. Sumber: penulis.
Tubuh ringkih Ayub menyimpan kisah pahit dalam menjalankan usaha kuliner. Dulu, kuliner brownies kukus Melinda yang diproduksi keluarga Ayub, pernah didistribusikan di toko yang disewanya. Tetapi, omset yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya sewa, sehingga produksi brownies kukus Melinda terpaksa dipindahkan ke rumahnya.

Ayub mengakui bahwa produknya masih belum optimal berinovasi dan belum memanfaatkan peluang pasar digital. Lebih lanjut lagi, Ayub berkisah bahwa pernah ada pemesan yang mengharapkan lapisan keju pada brownies kukus Melinda. Waktu itu, Ayub menduga bahwa keju akan lumer bila dijadikan sebagai lapisan pada brownies kukus, sehingga pesanan tersebut ditolaknya.

Namun, Ayub terus diserbu rasa penasaran, sehingga mendorongnya untuk membuat brownies kukus dengan lapisan keju. Di luar dugaannya, keju tidak lumer dan menghasilkan inovasi varian baru. Dalam hatinya, timbul selarik penyesalan karena menolak pesanan tersebut. Ia mengakui bahwa semestinya ia mencoba terlebih dahulu sebelum menolak.

Selepas Jogja Halal Food 2019, Ayub berniat untuk lebih giat bereksperimen dalam menciptakan varian baru dari brownies kukus. Ia pun ingin lebih mengoptimalkan distribusi secara online, sehingga bisa menembus pasar digital. Dengan demikian, produksi brownies Melinda kukus tidak lagi tergantung pasanan yang tidak teratur, tetapi bisa diproduksi setiap waktu, dan juga bisa didistribusikan secara online (internet).  

Selain UKM yang dikelola keluarga, terdapat pula produksi yang digerakkan sekelompok ibu-ibu antar tetanga. Hal ini terlihat dari geliat UKM Mina 12 di Rejowinangun, Kotagede. UKM Mina 12 memproduksi aneka camilan sayur dan katering berupa nasi box porsi besar (kecil). Pembuatan produk dibagi-bagi antaranggota. Masing-masing anggota mengerjakan pembuatan produk yang berbeda. Pembagian tugas ini memungkinkan bagi UKM 12 untuk membuat beragam jenis produk kripik dari bahan baku sayur. Mulai dari kripik wortel, kripik sledri, hingga kripik bayam.

produk unggulan Mina 12 /dokpri
produk unggulan Mina 12 /dokpri
Bila melihat tekstur, cita rasa, dan teknik pengemasan; kripik produksi Mina 12 tidak kalah berbeda dengan produk impor yang dijual dengan harga lebih mahal. Tetapi, produksi UKM Mina 12 masih tergantung pesanan yang tidak bisa selalu diprediksi.

Oleh karena itu, Mina 12 tampaknya harus lebih aktif memanfaatkan teknologi digital untuk distribusi dan promosi. Agar produk Mina 12 menerobos pasar digital yang jauh lebih luas dan besar. Dengan demikian, produksi produk tidak lagi tergantung pada pesanan yang tidak tetap, tetapi bisa diproduksi secara teratur dan omset yang diperoleh bisa lebih besar. Dengan demikian, omset produk Mina 12 bisa meningkatkan dan memajukan kesejahteraan masyarakat Rejowinangun.

Di antara para entrepreneur yang menggelar produk kuliner di Jogja Halal Food 2019, terdapat beberapa UKM yang memperoleh binaan lembaga profesional. Misalnya, UKM Zaki Nutrindo yang memproduksi aneka olahan berbahan baku melinjo dan Rosalina Bolu Tiwul yang menghasilkan inovasi bolu bebas gluten. Kedua UKM ini merupakan dua di antara puluhan UKM binaan Bank Indonesia. Bank Indonesia mengakomodasi dan memberikan pendampingan secara profesional. Tidak mengherankan, pengelolaan produksi kedua UKM, jauh lebih tertata dan inovatif. Hal ini dituturkan Ahmadi P. Utama (50 tahun) dan Siska Wulan (45 tahun) yang menjaga stand UKM binaan Bank Indonesia.  

Ahmadi dan produk unggulannya. Sumber: penulis.
Ahmadi dan produk unggulannya. Sumber: penulis.
Ahmadi menuturkan bahwa olahan emping yang diproduksi UKM Zaki Nutrindo bervariasi dan telah dikemas dengan cantik. Emping tersebut terdiri atas berbagai varian cita rasa, beragam bentuk, dan ada pula yang di-mix dengan cokelat.

Senada dengan Ahmadi, Siska Wulan menyatakan bahwa produk bolu tiwul bebas gulaten telah dihasilkan dari beragam rasa dan kreasi. Selain didistribusikan di Yogyakarta, bolu tiwul bebas gulaten tersebut ternyata menarik minat pecinta kuliner luar pulau. Tidak mengherankan, bolu tiwul bebas gulaten telah menyebar ke Sumatera dan Bali.

Siska Wulan dan produk unggulannya. Sumber: penulis.
Siska Wulan dan produk unggulannya. Sumber: penulis.
Kedua entrepreneur, Ahmadi dan Siska Wulan, menyatakan bahwa mereka masih belum optimal dalam memanfaatkan teknologi digital dan belum giat menembus pasar digital. Padahal, pasar digital jauh lebih luas. Sambil tersenyum lebar, Ahmadi mengakui bahwa 'keberaniannya untuk benjualan' masih rendah. Tidak mengherankan, omset yang diperoleh belum mencapai angka yang memuaskan.

Di antara berjejer entrepreneur pegiat UKM sektor kuliner di Jogja Halal Food 2019, terdapat beberapa UKM yang sudah meniti tangga kemapanan. Misalnya, UKM yang dikelola Ibu Retno (50 tahun). Di stand-nya, Bu Retno memperkenalkan produk berupa pie susu, kremes, dan sambel abang. Selain memiliki keunggulan dari cita rasa, produk-produk tersebut memiliki tekstur dan kemasan yang cantik. Tidak mengherankan, banyak pengunjung yang tertarik.

Ibu Retno. Sumber: penulis.
Ibu Retno. Sumber: penulis.
Meskipun Jogja Halal Food 2019 terbilang sepi pengunjung, pie susu produksi UKM yang dikelola Ibu Retno, terjual laris. Di sisi lain, Ibu Retno telah mengoptimalkan teknologi digital. Dengan demikian, produk kuliner yang dikelolanya, telah berhasil menembus pasar digital dan meningkatkan angka penjualan.

Dalam Jogja Halal Food 2019 terdapat pula UKM yang beru berdiri. Misalnya, Gendhis Jawa yang menghasilkan aneka kuliner Eropa yang populer di Indonesia. Berbeda dengan UKM yang dikelola Ibu Retno, UKM ini masih merangkak dari nol. Entrepreneur muda, Ian (23 tahun) yang menjaga stand, menyatakan bahwa Gendhis Jawa baru berusia satu bulan. Tidak mengherankan, UKM Gendhis Jawa belum mengoptimalkan teknologi digital, belum berencana menembus pasar digital, dan belum memiliki sertifikat halal. Implikasinya, jangkauan distribusi produk masih terbatas dan angka penjualan belum maksimal.   

Ian dan produk UKM Gendhis Jawa. Sumber: penulis
Ian dan produk UKM Gendhis Jawa. Sumber: penulis
Meskipun baru berusia sebulan, upaya UKM Gendhis Jawa untuk 'go public' di usia yang baru satu bulan; merupakan sebuah langkah berani yang patut dihargai dan diapresiasi. Bila terus meningkatkan kualitas dan inovasi, UKM Gendhis Jawa berpotenis besar sampai dipuncak menara kesuksesan dalam rentang waktu dua tahun ke depan.      

Surga Kuliner

                           

Para entrepreneur merupakan aset SDM Yogyakarta yang sangat berharga. Di tangan-tangan kreatif mereka berada masa depan ekonomi mandiri Yogyakarta. Usaha mereka layak untuk mendapat apresiasi dan dukungan. Agar mereka bisa mereka bisa memaksimalkan potensi masing-masing, bisa meniti tangga kesuksesan, dan berhasil pula mendirikan perusahaan masing-masing. Dengan demikian, mereka bisa membuka lapangan pekerjaan baru dan berkontribusi dalam mengatasi problem pengangguran di Yogyakarta.  

Stand Jogja Halal Food Expo 2019. Sumber: penulis.
Stand Jogja Halal Food Expo 2019. Sumber: penulis.
Pengunjung. Sumber: penulis.
Pengunjung. Sumber: penulis.
Bila kita menatap perkembangan masa depan UKM sektor kuliner dari Jogja Halal Food Expo 2019, terdapat beberapa langkah penting yang perlu diterapkan dalam pengelolaan UKM, antara lain:

Pertama, UKM perlu go digital                

Pola pemasaran dunia telah bertransformasi ke ranah digital. Lalu-lintas perdagangan bisa dicapai dengan bantuan jaringan internet. Berkat teknologi digital, pasar menjadi lebih luas dan banyak beban produksi yang bisa dipangkas. Karena itu, seluruh entrepreneur harus beradaptasi dengan teknologi digital. Agar para entrepreneur bisa membawa UKM yang dikelola untuk go digital.   

Untuk 'go digital', para entrepreneur harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan perangkat teknologi digital. Pemerintah dan lembaga-lembaga pendamping sektor UKM perlu mengakomodasi kebutuhan pasar digital ini. Keahlian entrepreneur dalam pemasaran digital akan mempercepat pertumbuhan UKM yang dikelola. Bagaimana tidak? Hanya dengan smarphone di tangan, kita bisa kegiatan bisnis yang bisa menjangkau pasar dunia!

Kedua, peningkatan pembangunan infrastruktur sektor digital

Meskipun pasar dunia telah bertransformasi ke ranah digital, infrastruktur teknologi digital relatif masih terbatas di Yogyakarta. Misalnya, daerah-daerah di luar kawasan kota seperti Gunung Kidul, sinyal internet masih terbatas. Implikasinya, UKM di kawasan Gunung Kidul sulit untuk lepas landas ke ranah digital dan cenderung hanya bergerak di pasar konvensional.

Oleh sebab itu, pemerintah harus lebih serius dalam membangun sarana infrastruktur digital. Agar entrepreneur bisa lebih optimal dalam mengembangkan UKM di daerah dan bisa menembus pasar global.       

Ketiga, revitalisasi Corporate Social Responsibility (CSR)

Perusahaan-perusahaan banyak yang mewujudkan CSR dalam bentuk pembinaan dalam pemberdayaan masyarakat. Subsidi pengembangan UKM merupakan salah satu program yang sangat populer di kalangan CSR. Kualitas pembinaan perlu ditingkatkan lagi. Agar UKM tidak sekadar menghasilkan produk semata, tetapi para entrpreneur yang menggerakkannya juga dapat berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.            

 

Kelima, sertifikat halal

Sertifikat halal penting untuk dimiliki produk kuliner. Hal ini tidak dimaksudkan untuk diskriminasi pada non-Muslim. Untuk menghasilkan produk kuliner halal, Entrepreneur tidak harus menjadi Muslim.

Lebl 'halal'. Sumber: jadiberita.com
Lebl 'halal'. Sumber: jadiberita.com
Entrepreneur non-Muslim pun bisa menggerakkan UKM penghasil produk halal dengan mengajukan permohonan pada lembaga MUI. Proses memperoleh sertifikat halal tentu akan melewati proses uji dari BPOM untuk memperoleh MD. Setelah dinyatakan bebas dari bahan yang tidak dianjurkan agama Islam (haram), produk bisa memperoleh sertifikat halal dan berhak memperoleh label halal. Label halal akan meningkatkan animo konsumen Muslim untuk mengonsumsi produk kuliner. Produk pun bisa dengan mudah memasuki pasar modern.        

Keenam, award bagi entrepreneur pegiat UKM yang berprestasi

Entrepreneur pegiat UKM yang berprestasi perlu diberikan award. Dengan jalan ini, entrepreneur akan lebih semangat untuk berkarya. Sebab, ia merasa karyanya dihargai dan berarti. Award bisa berbentuk dana pengembangan usaha ataupun bantuan pengadaan barang-barang teknologi yang bisa meningkatkan efektivitas produksi produk kuliner. Award ini juga bisa memicu lahirnya entrepreneur lain.    

Ketujuh, pendirian paguyuban entrepreneur

Paguyuban UKM Daerah Istimewa Yogyakarta perlu didirikan dan diefektifkan. Agar tumbuh kuat rasa persaudaraan antar entrepreneur. Dengan jalan ini, para entrepreneur Yogyakarta akan terhindar dari persaingan tidak sehat dan bisa bahu-membahu dalam mewujudkan kemandirian ekonomi di Yogyakarta.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Yogyakarta banyak entrepreneur berjuang untuk memajukan UKM sektor kuliner. Perlu adanya sinergi pemerintah, instansi-instansi terkait, dan dan seluruh lapisan masyarakat. Agar UKM sektor kuliner bisa menembus pasar global, semakin inovatif, peningkatan omset,  dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bila sinergi tersebut diwujudkan, Yogyakarta akan menjadi surga kuliner lokal. Jenis semakin banyak dan kualitas semakin meningkat. Manfaat kuliner menjadi lebih luas dan besar. Di mana kuliner tidak hanya memenuhi kebutuhan pecinta kuliner semata; tetapi juga mengantarkan para entrepreneur menuju puncak menara kesuksesan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan baru, dan mewujudkan ekonomi mandiri. Dengan demikian, bisnis kuliner pun bernilai ibadah, menjadi ladang kesalehan sosial, dan mengantarkan kita ke 'surga' yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun