Bu Sarinah melambaikan tangannya, memberikan kode agar aku menemuinya di meja depan. Dengan terpincang-pincang aku bergegas menuju tempat dimana Bu Sarinah berdiri. "Mba Laksmi, tanggal 28 Desember saya akan kembali ke desa Liang. Amanah dari Kepala desa, Mba Laksmi bisa ikut pulang bersama saya. Kita akan menaiki pesawat, langsung dari Jakarta ke Kota Ambon, itupun jika Mba Laksmi tidak berkeberatan" ungkap Bu Sarinah
"Bu, bisakah diperpanjang sampai akhir Januari?" Tanyaku pada Bu Sarinah sembari berharap pintaku dituruti. Wajar saja saya ingin menikmati berada di desa Gunung Sari lebih lama. Ya setidaknya bisa keliling menelusuri rumah warga satu per satu untuk berpamitan.
"Sebenarnya saya hanya mengikuti perintah atasan, jika dipikir-pikir itu adalah hak Mba Laksmi" Lanjut bu Sarinah
"Hmm" aku terdiam, jujur aku segan untuk menolak, aku memang belum begitu akrab dengan Bu Sarinah. Bu Sarinah adalah pegawai desa yang baru dipindahkan dari Sulawesi. Sebagai istri Babinsa dia pun harus merelakan pindah-pindah tempat kerja karena kewajiban mengikuti suami.
"Bagaimana mba Laksmi? Sebenarnya saya juga ingin berlama-lama di Kota Kembang, sudah 20 tahun saya baru menginjakkan kota ini tetapi di tanggal 30 Desember seluruh perangkat desa diwajibkan hadir ke pernikahan ponakan Bendahara desa. Ada hajatan besar disana"
"Siapa yang akan menikah Bu Sarinah, maaf saya lancang?"
Aku tak sabar untuk mendapatkan jawaban, "Siti Purwanti kah yang akan melapas masa lajangnya?" sambil tersenyum dengan mata berbinar-binar pertanyaan kembali ku lontarkan pada Bu Sarinah.
"Iya benar Mba Laksmi, pengantin perempuannya bernama Siti Purwanti" Bu Sarinah menjawab sambil mengangguk-anggukan kepala. "Oh Hyang Widhi, sungguh ini berita yang cukup membahagiakan" Sahabat kecil yang menjadi tempat tertumpahnya segala isi hati dalam waktu dekat akan menjadi puteri sehari. "Baiklah Bu, aku akan ikut pulang bersama ibu" Aku menjawab dengan penuh keyakinan.
**
28 Desember 2015, Bandara Soeta Jakarta -- Indonesia
Sambil menunggu check in saya dan Bu Sarinah bercakap-cakap tentang banyak hal. Saya dengan lancarnya menceritakan suka-duka selama pelatihan di desa Gunung Sari. Bu Sarinah terpingkal-pingkal saat mendengar cerita pak Sudarmo yang selalu saja punya jurus jitu untuk mempekerjakan saya layaknya babu. Saya dengan gampangnya disuruh mengarit bahkan sampai membersihkan kotoran sapi di kandang yang sudah berbulan-bulan tidak dibersihkan.