Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mahligai Bara

14 Agustus 2021   11:18 Diperbarui: 15 Agustus 2021   09:11 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Itu semua tidak seperti yang kau pikir, Din,"elaknya.

"Dia mau pingsan dan aku menolongnya,"alasannya lagi.

Setelah peristiwa itu mas Herman menjadi sangat mesra denganku. Dan itu membuatku mempercayainya lagi.

Namun pada akhir-akhir ini mas Herman sering pulang malam. Entah lembur kek, atau tugas luar kek. Itu alasanya. Dan sampai di rumah langsung tidur dan tidak memperhatikanku lagi.

Kadang aku mengalah. Berlaku lembut dan bahkan merajuknya. Namun dia malah menolaknya. Lelah katanya. Malah sering marah bila aku merayunya lebih jauh. Dan aku akhirnya bersikap diam.

Komunikasi antara aku dan suamiku menjadi terganggu. Tidak ada lagi pelukan dan ciuman  setiap akan pergi ke kantor. Dan tidak pernah menengok ke kamarku barang sedetikpun.

Rumah yang terasa sejuk pada awal-awal perkawinan kami, semakin hari semakin terasa panas.

Seorang lelaki muda tampan mendekati mejaku dengan sangat sopan dia menyapaku.

"Perlu ditemani tante?" tanyanya.

"Maaf, terimaksih," kataku menolaknya. Lelaki muda itu pergi.

Memang  hati ini tergelitik juga oleh keinginan liarku untuk ditemani salah seorang dari lelaki-lelaki muda yang nongkrong di pub itu. Untuk mendinginkan panas bara yang ada di rumahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun