Mohon tunggu...
Suka Adi
Suka Adi Mohon Tunggu... Penulis Legenda

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahakarya Empu Ngadiboyo Keturunan Empu Supo Majapahit Tinggal Kenangan

25 Oktober 2019   05:49 Diperbarui: 25 Oktober 2019   06:00 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pujinto, keturunan Empu Moyogati (foto-sukadi)

NGANJUK -- Asal-usul nama Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur tidak dapat dilepaskan dari perjuangan seorang empu atau perajin keris terkenal bernama Empu Moyogati dan anaknya Empu Adi.

Berkat jasa kedua empu tersebut, nama Empu Moyogati dan Empu Adi dikenal sebagai cikal bakal yang membabat Desa Ngadiboyo. Karena namanya melekat menjadi nama salah satu desa di wilayah Kecamatan Rejoso hingga sekarang. Yaitu berasal dari Empu Adi dan Moyogati menjadi Adi-Moyo, kemudian berkembang menjadi nama Ngadi-moyo setelah huruf "A" di depan nama "Adi" mengalami proses nasalisasi menjadi "Nga". Hanya, setelah mengalami transformasi yang cukup panjang, nama "Ngadi-moyo"  berkembang menjadi "Ngadiboyo".

Menurut penuturan salah satu keturunan Empu Moyogati, generasi ke-empat, Pujianto, warga Desa Ngadiboyo, kedua empu, anak dan orangtuanya tersebut adalah keturunan dari seorang empu juga pada jaman Majapahit, yaitu bernama Empu Supo Mandrangi. Yaitu saudara kandung dari Empu Tumenggung Supodriyo. Empu Supodriyo sendiri adalah suami dari Dewi Rasawulan, adik kandung Sunan Kalijaga.

Empu Supo adalah ahli keris kerajaan Majapahit yang hidup di sekitar abad ke 15. Karya karyanya yang termasyhur antara lain keris Kyai Nagasasra, Kyai Sengkelat dan Kyai Carubuk.

Sebelum menjadi empu terkenal, Moyogati adalah seorang prajurit Pangeran Diponegoro. Hanya setelah Pangeran Diponegoro kalah perang melawan Kompeni Belanda, banyak prajuritnya yang menyelamatkan diri hingga ke Nganjuk. Salah satu prajuritnya adalah Moyogati, bersembunyi di Desa Ngadiboyo, yang saat itu masih berupa hutan. Kemudian Moyogati menikah dengan perempuan desa setempat. Untuk mengelabuhi musuh, Moyogati membuat keris sebagai persenjataan perang.

Usaha membuat keris dilakukan secara turun temurun, di antaranya  menurun kepada anaknya bernama Empu Adi. Empu Adi punya anak bernama Empu Golingsong. Empu Golingsong punya anak dua, yaitu Empu Trunogati dan Empu Poncogati.

Empu Trunogati punya tiga anak, yaitu Empu Sonogati, Empu Kriyogati, dan seorang perempuan bernama Mbah Yah.

"Masing-masing menjadi empu, juga membuat keris seperti di desa Ngadiboyo. Tempat dan alat-alat membuat keris sebagian masih ada, oleh keturunan Empu Moyogati digunakan untuk membuat pandai besi," terang Pujianto ditemui di rumahnya.

Lanjutnya, Empu Sonogati punya anak lima, masing-masing Taki, Taminem, Lamidi, Diran, dan Kasidin. Mulai dari generasi ke empat ini, tidak ada lagi yang meneruskan sebagai empu perajin keris.

"Hanya ada satu orang bernama Lamidi yang masih meneruskan sebagai empu, tapi tidak lagi membuat keris atau tombak, melainkan sebagai perajin pandai besi. Lamidi dibantu saudara-saudaranya membuat alat-alat pertanian, seperti cangkul, sabit, pisau, ani-ani, mata bajak, dan lain-lain," beber pria, anak dari Mbah Taki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun