Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Talisman Doa Ibu

8 Maret 2025   15:51 Diperbarui: 11 Maret 2025   16:56 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suhe percaya bahwa beberapa orang memang terlahir dengan keberuntungan yang selalu berpihak. Mereka melangkah dengan ringan, seolah semesta menebarkan kelopak bunga di jalan yang mereka lalui. Sedangkan dia, harus bersusah payah hanya untuk tetap bertahan. Namun, di balik segala ketidakpastian itu, ada satu hal yang selalu membuatnya merasa aman-doa ibunya.

Sejak kecil, ibunya selalu berpesan bahwa doa adalah talisman paling ampuh. Bukan benda yang bisa disematkan di leher atau disimpan di dompet, tapi sesuatu yang tak terlihat, yang mengikatnya erat dengan harapan.

"Tidak ada yang lebih kuat dari doa seorang ibu," kata ibunya suatu malam, saat mereka duduk di teras rumah, ditemani secangkir Kapal Api yang mengepul.

Saat itu Suhe masih terlalu kecil untuk memahami sepenuhnya. Ia hanya mengangguk, menganggap kata-kata itu sebagai petuah biasa. Namun, seiring bertambahnya usia, hidup mulai mengajarinya bahwa ucapan ibunya bukan sekadar kalimat kosong.

---

Hidup Suhe tidak berjalan mudah. Ia pernah jatuh dalam keterpurukan, merasa dunia terlalu keras untuk ditempuh seorang diri. Saat kuliahnya hampir terbengkalai karena kekurangan biaya, saat tulisan-tulisannya tak kunjung dimuat media, saat ia merasa tidak punya tempat untuk berpijak, ada satu hal yang selalu membangunkannya-panggilan telepon dari ibunya.

"Sudah makan, Nak?"

Pertanyaan sederhana itu selalu datang dengan suara lembut yang menghapus resah. Di setiap percakapan, ibunya tidak pernah sekalipun mengeluh tentang kesulitan yang ia alami sendiri. Seolah semua beban hanya pantas ditanggung oleh anaknya, sedangkan dia cukup menjadi sandaran.

"Jangan khawatir, Ibu selalu doakan kamu."

Kata-kata itu menjadi mantra yang tertanam di dalam dirinya. Suhe tidak pernah melihat ibunya duduk berjam-jam dalam doa, tetapi ia tahu bahwa di setiap sujud, di setiap hembusan napasnya, ada namanya yang disebutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun