Mohon tunggu...
Suharto MTsN 5 Jakarta
Suharto MTsN 5 Jakarta Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, penulis, Guru Blogger Madrasah, motivator literasi, pegiat literasi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Sudah Berusaha untuk Tidak Larut dalam Mahkota Cinta tetapi Tetap Saja Sesunggukan

15 September 2023   22:06 Diperbarui: 15 September 2023   23:00 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku Sudah Berusaha Untuk Tidak Larut dalam Mahkota Cinta. Tetapi, Tetap Saja Sesunggukan

Cing Ato

#BelajarMembacaNovel

Setelah penulis membaca novel Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Hamka. Penulis kembali membaca novel Habiburrahman El Shirazy Dalam Mihrab Cinta. Dalam novel itu ternyata ada tiga novel yang tidak saling berkaitan alias berdiri sendiri, yaitu: Takbir Cinta Zahrana, Dalam Mihrab Cinta, dan Mahkota Cinta. 

Ketika penulis selesai membaca Dalam Mihrab Cinta. Pesanan Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah sampai ke rumah. Karena penasaran akan isinya dan juga penulisnya orang yang penulis kagumi. Maka, penulis beralih membaca. Sementara membaca novel Habiburrahman El Shirazy penulis tunda. Setelah Penulis usai membaca novel Di Bawah Lindungan Ka'bah, baru penulis lanjutkan membaca satu judul lagi dari novel Dalam Mihrab Cinta, yaitu Mahkota Cinta.


Dalam Mahkota Cinta menceritakan tentang takdir cinta. Artinya, jika sudah berjodoh sekalipun halang rintang sedahsyat badai tornado menghantam, cinta itu tetap kokoh, sekokoh batu karang di tengah lautan yang terhempas badai.

Cinta itu akan indah dan menjadi kisah yang menarik manakala diraihnya penuh lika-liku . Sebagaimana cintanya Zul dan Mari. 

Berawal dari ketidaksengajaan beliau bertemu di dalam feri yang menuju ke Malaysia. Beliau berdua hijrah ke negeri Jiran dalam rangka memperbaiki nasib. Nasib baik yang selama ini belum berpihak kepada beliau berdua. Zul pergi ke Malaysia atas prakarsa pak Hasan. Dengan bermodal secarik kertas yang bertuliskan nomor orang yang hendak ia tuju ke Malaysia. Sementara, Mari sudah lebih dahulu menetap di Malaysia untuk urusan kuliah dan bekerja.

Di tengah kebingungan Zul diajak singgah ke rumah kontrakan Mari. Penghuninya semua para wanita Indonesia yang mengundi nasib di negeri Jiran. 

Keesokan harinya Zul mencoba mencari wartel untuk menghubungi kenalan Pak Hasan. Ia pun meninggalkan rumah kontrakan di saat Mari bekerja. 

Zul menemukan orang yang dipinta pertolongannya. Zul dibawa ke tempat diana para mahasiswa tinggal. Hampir dua bulan ia meninggalkan Mari, sementara Mari merasa kehilangan Zul yang tak meninggalkan jejak. 

Zul melanjutkan kuliah di universitas ternama di Malaysia. Untuk biaya kuliah Zul harus bekerja membanting tulang siang dan malam.

Suatu hari perasaan Zul untuk bertemu Mari tidak bisa dibendung. Pagi hari Zul berangkat ke daerah Subang Jaya tempat di mana Mari ngontrak.

Setibanya di sana Zul mendengar ada jeritan suara wanita yang meminta tolong. Tak pikir panjang Zul langsung masuk. Begitu kagetnya ketika Zul lihat Mari hendak diperkosa oleh seorang kepala gundul. Zul pun menendang lelaki gundul itu. Terjadilah perkelahian, Zul mampu melumpuhkan lelaki gundul itu. Lelaki gundul kabur dan tak pernah berani kembali.

Ternyata lelaki gundul itu mantan suami yang digugat cerai oleh Mari. 

Dari peristiwa itu terbongkarlah bahwa Mari masih berstatus gadis dan belum pernah dijamah oleh suami. Karena, ketika ia menikah sedang datang bulan dan Minggu berikutnya suaminya ditangkap polisi. Ternyata suaminya adalah seorang bajingan.

Zul pamit pulang karena ada janji dengan temannya. Baru saja Zul hendak keluar pintu gerbang Mari memanggil. Zul berbalik badan. Namun, Mari tidak berani mengutarakan isi hatinya. Zul pun melanjutkan perjalanan pulang.

Sejak itu Zul tak pernah berkomunikasi lagi, sementara Mari selalu menghubungi Zul lewat Handphone temannya. Sayang handphone temannya hilang dicuri orang. Dua tahun tidak komunikasi. Zul pun sempat stress memikirkan Mari. Sehingga hampir dua bulan bermalas-malasan. Kuliah terbelengkalai, begitu juga dengan pekerjaan. Sementara uang sewa flat dua bulan belum Zul bayar. Teman-teman satu flat sudah menasehati tidak berhasil, akhirnya Pak Muslim seorang mahasiswa yang sedang menempuh S3 menasehati dan sekaligus memberikan tiga pilihan. Teruskan kuliah, menikah, dan keluar dari flat ini. Pak Muslim ada virus malas di flat, karena akan tertular kepada yang lainnya.

Zul memilih menikah atapun resiko yang akan terjadi dia akan tanggung konsekwensi yang terjadi. Zul pun bangkit semangat bekerja dan kuliah. Keesokan harinya Zul di temani pak Muslim berangkat untuk melamar wanita pujaannya. Namun, sayang seribu sayang, ketika beliau berdua sampai di tempat tujuan, Mari dan teman-temannya sudah pindah. Setelah ditelusuri ke tetangga, ternyata mereka ditangkap polisi karena mereka dicap sebagai pelacur. Bagai disambar petir disiang hari Zul lunglai tak berdaya.

Pupuslah harapan Zul untuk menjadikan Mari istrinya. Pak Muslim pun menasehati masih banyak wanita-wanita yang lebih baik lagi salihah. Zul pun melupakan segalanya, ia konsentrasi dengan kuliahnya hingga ia lulus menyandang gelar M.Ed. 

Temannya menawarkan seorang wanita yang baru saja lulus S3. Wanita kebangsaan Melayu Malaysia. Zul menerima tawaran itu, begitu juga dengan wanita cantik itu. Namun, sekali lagi gagal, karena kakak wanita itu telah menjodohkannya dengan lelaki pilihannya.

Ketika Zul sedang bermain ke rumah teman kuliahnya. Tiba-tiba ada seseorang wanita berjilbab memanggilnya. Zul menerka-nerka siapa gerangan wanita iti. Ternyata Sumiyati yang pernah tinggal di Subang Jaya. Zul pun teringat kembali kepada Mari.

Suamiati menceritakan kejadian yang terjadi sebenarnya. Bahwa Sumiati dan Mari dibebaskan dari tuduhan pelacur. Sehingga beliau berdua dibebaskan. Zul menanyakan keberadaan Mari. Sumiati mengatakan bahwa Mari pulang ke Indonesia tepatnya di Semarang. Pupus harapan karena Mari tak terlacak.

Sedih pasti sedih karena kegagalan untuk mempersunting seorang wanita. Di tengah kesedihannya Yahya memberikan kabar gembira bahwa di tempat pak Muslim mengajar sedang membutuhkan tenaga dosen. Zul pun langsung pulang ke Indonesia dan langsung menemui Pak Muslim.

Zul bertemu pak Muslim. Sambil melamar menjadi dosen. Pak Muslim bertanya tentang wanita yang bernama Mari. Zul menjelaskan ternyata Mari dibebaskan polisi, karena tidak terlibat pelacuran. Namun, sayang tidak meninggalkan jejak.

Pak Muslim menawarkan seorang dosen wanita dari Semarang, ia belum menikah dan sedang mencari jodoh. Kebetulan teman dosen satu kampus istrinya, namanya Agustine. Zul menyerahkan semuanya kepada pak Muslim. Pak Muslim pun langsung menghubungi istrinya di Semarang dan langsung menceritakan tentang dosen itu. Kebetulan dosen tersebut sedang berbicara dengan istrinya.

Istri pak Muslim dan dosen cantik itu berangkat dari Semarang ke Yogyakarta untuk bertemu Zul. Ketika Zul dan pak Muslim selesai salat Isya di sebuah masjid, beliau berdua pulang, sementara istri dan dosen cantik itu sedang menunggu di ruang tamu.

Ketika Zul masuk, dosen itu terperanjat seraya memanggil nama Zul. Zul sontak kaget, istri pak Muslim sedikit bingung, sementara pak Muslim sudah tahu permasalahannya, hanya saja pak Muslim bingung dengan nama dosen cantik itu. Karena ia tahu nama dosen itu Agustine, sementara Zul memanggil Mari atau Siti Mariani. Pak Muslim bingung yang mana yang benar. Dosen itu menjelaskan semuanya benar. Nama Aslinya Agustine Siti Mariani Maulida. Ketiganya dipakai di tempat yang berbeda. Agustine panggilan ketika kuliah, Siti Mariani panggilan ketika bekerja di perusahaan, Asma Maulida (Agustine Siti Mariani Maulida ) sebagai nama pena.

Pak Muslim menegaskan bahwa lelaki yang akan dijodohkan dengan Agustine adalah Zul. Dosen itu pun menangis begitu juga Zul yang sudah lama mencarinya. Suasana pun menjadi haru bagaimana kisah perjalanan dua orang yang saling jatuh cinta dan keduanya sudah putus asa, namun dipertemukan tanpa direkayasa. Akhirnya Mari memberikan Mahkota Cintanya kepada Zul Sang kekasihnya. Sungguh mengharukan perjalanan cita Zul dan Mari . Penulis pun sudah berusaha untuk tidak terbawa hanyut, tetapi tetap saja sesunggukan.

Demikian Habiburrahman El Shirazy dengan mahirnya membuat alur cerita dan mengemas sebuah novel bukan saja enak dibaca. Tapi, ada pesan moral yang hendak beliau sampaikan.

Salam literasi

,..............

Sumber: Dalam Mihrab Cinta. Habiburrahman El Shirazy. Jakarta

: Penerbit Republika. Cet ke-7 , 2007

 

          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun