Mohon tunggu...
SUHANDOKO
SUHANDOKO Mohon Tunggu... Wiraswata

Suka makan enak, jalan-jalan, baca dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Transisi Energi Berkeadilan: Antara Harapan Hijau dan Realitas Abu-abu

27 Agustus 2025   07:43 Diperbarui: 27 Agustus 2025   07:43 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pabrik Mobil listrik, Sumber (Hasil Olahan AI Grok) 

Pilar Ekonomi: Dari Hilirisasi ke Ketergantungan

Indonesia bangga dengan strategi hilirisasi nikel. Ekspor nikel memang naik drastis, dari USD 4 miliar pada 2017 menjadi lebih dari USD 30 miliar pada 2023. Namun di balik angka fantastis itu, ada risiko besar: ketergantungan pada investor asing, terutama Tiongkok.

Seorang peneliti ekonomi di UI menyebut hilirisasi kita seperti "menjual masa depan dengan harga diskon": kita dapat pemasukan cepat, tapi kehilangan daya tawar jangka panjang.

Uni Eropa bahkan menggugat Indonesia ke WTO terkait larangan ekspor bahan mentah. Jadi, sambil merayakan keberhasilan hilirisasi, kita juga bersiap menghadapi drama geopolitik.

Inovasi: Antara Harapan dan Halu

Harapan baru muncul lewat teknologi baterai generasi berikutnya: solid-state yang lebih ringan, atau sodium-ion yang lebih murah. Di atas kertas, semua terdengar menjanjikan. Namun, Darto kembali tertawa getir.

"Kalau baterai makin canggih, apa kabar kami yang tidak pernah canggih-canggih?" ujarnya.

Inovasi memang penting, tetapi tanpa program pelatihan ulang (reskilling), pekerja lama hanya jadi penonton di lapangan hijau transisi. Inilah yang dimaksud "transisi berkeadilan": jangan ada yang ditinggalkan.

Antara Satir dan Serius

Socrates pernah berujar, "Rahasia perubahan adalah memfokuskan semua energi bukan pada melawan yang lama, tetapi membangun yang baru." Namun di Indonesia, rahasia perubahan kadang mirip rahasia dapur: hanya segelintir orang yang tahu resepnya, sementara rakyat kecil cuma mencium baunya.

Negeri ini sering pandai membuat slogan---Green Economy, Net Zero, Just Transition. Tapi di lapangan, pekerja seperti Darto lebih sering menerima "Just Termination."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun