Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Daging Oplosan Murah, Kerjasama Pemburu dengan Pedagang Daging Celeng

1 Juli 2020   17:22 Diperbarui: 1 Juli 2020   17:14 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Lain waktu terjadi penangkapan lagi. Lalu kembali senyap. Jangan-jangan para konsumen muslim pun tidak peduli lagi halal-haram atas apa yang  mereka konsumsi? Untuk itu mari terus meningkatkan kehati-hatian, kewaspadaan, kecurigaan untuk mengetahui apa yang kita konsumsi (dari bau, serat daging, rasa dan petunjuk lain perbedaan daging sapi dengan daging lainnya).

*

Daging babi sudah jelas keharamannya. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya): "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah" (QS. Al Baqarah: 173).

Dalam keadaan darurat (kelaparan, tidak ada makanan lain) syariat mengizinkan. Asalkan tidak boleh berlebihan (mencegah kematian). Dan dalam ayat ini dikatakan 'tidak ada dosa baginya'. Demikian juga jika makan daging babi karena karena tidak tahu, tidak sengaja, atau lupa.

*

Nah, itu saja. Penulis berharap para pemburu celeng harus memastikan daging dari hewan buruannya tidak dijual bebas, dan apalagi disamarkan sebagai daging sapi. Semoga para pedagang dan pengecer daging celeng, serta produsen makanan menggunakan daging celeng, berhenti mengelabuhi konsumen. Dan siapapun kita (terlebih muslimin/muslimat) perlu aktif dan lebih aktif berpartisipasi mencegah maupun memberantas tindak curang dan kriminal itu. ***

Sekemirung, 1 Juli 2020 / 9 Zulkaidah 1441

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun