Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Terlambat Tapi Selamat

1 November 2018   13:50 Diperbarui: 1 November 2018   16:10 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kecuali kelaparan!"

"Mereka sudah punya banyak stok makanan di rumah! Minimal mie instan dan kopi."

Mang Oboy cepat menghitung tahu yang dipesan, dan menyerahkan kepada Mbak Murwo. "Sudah dengar cerita orang terlambat tapi selamat, Mbak?"

"Penumpang pesawat Lion Air ya?"

"Bukan. . .!"

"Lho? Cerita apa?" seru Mbak Murwo dengan rasa penasaran.

"Ceritaku sendiri. . . . hehehe. Terlambat tapi selamat."

Mang Oboy tertawa sendiri. Tampa diminta ia bercerita tentang kisah cintanya dengan cewek bahenol, namanya Elis, si kembang desa. Gara-gara terlalu lama mencari modal untuk biaya nikah, ia pun terlambat. Orang lain lebih dulu datang melamar, tak lama mereka menikah. Dua tahun pacaran pun kandas. Tapi ternyata si Elis mata duitan betul. Ia selingkuh lantaran tergiur bujukan uang lelaki lain.

"Nah, itu. . . .  !" ucap Mang Oboy mengakhiri ceritanya.

"Terlambat tapi selamat." gumam Mbak Murwo seraya menyerahkan uang kepada Mang Oboy. "Nah, cepat pergi sana. Ibu-ibu pasti sudah menunggu daganganmu. . . .!"

Mang Oboy naik ke sadel sepeda, dan terus mengayuh sepedanya ke selatan. Sesaat kemudian beberapa pelanggan lotek dan aneka gorengan berdatangan. Mbak Murwo tersenyum cerah. Ia cepat-cepat melayani mereka. Hal itu dirasa jauh lebih baik dari pada berlama-lama ngobrol dengan Mang Oboy yang dikenal orang suka ngarang cerita. *** Bdg., 01 Nov 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun