Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mumun, Sahabat Saya

7 Januari 2020   09:18 Diperbarui: 7 Januari 2020   09:29 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu suka nulis diary?" tanya Mumun kepadamu.

"Ya... begitulah, tapi tidak di tempat begini," jawabmu.

"Kenapa?"

"Diary kan suatu yang sangat pribadi. Kalau saya mengerjakan di tempat ini maka orang lain akan dengan mudah mengintip, seperti  ketika kamu menuliskannya  tadi."

"Siapa yang peduli? Tidak ada orang yang peduli padaku, dari dulu begitu...," jawabnya sinis.

Dari dulu begitu..., sakit sekali rasanya mendengar semua itu. Kau  tahu rasanya tidak dipedulikan  orang lain tadi, di kantin. Kau sudah merasakannya. Apalagi Mumun, dari dulu tidak ada yang mempedulikannya!

Mumun kembali asyik dengan diarynya. Diam-diam kau perhatikan dia. Tampaknya dia juga berpikir kalau kau sama tak pedulinya dengan teman-teman sekelasmu. Kau pun akan pindah duduk kalau ada bangku kosong. Sejak saat itu kau pun trenyuh..

Lalu kau berjanji pada dirimu sendiri, pokoknya kau sudah memutuskan untuk tidak mempedulikan orang lain tanpa sebab ataupun alasan yang jelas. Kau juga berjanji akan menjadi temannya, biarpun  bekas cacar di wajahmu nanti akan hilang.

Nana, betapa mulia hatimu, betapa peka perasaanmu. Kepedulianmu terhadap teman yang justru tidak diperhatikan yang lain itulah kekuatanmu, Na! Kau dapat belajar banyak tentang sikap teman-temanmu, baik  yang tak mempedulikan Mumun, maupun Mumun sendiri secara pribadi.

Betapa terluka hatinya, tetapi, dari sikapnya yang tetap setia kepada diarynya, dapat kau tangkap ketabahan dan ketegaran hatinya. Dari sikap dan pakaiannya, dapat kau simpulkan bahwa Mumun adalah gadis yang mungkin berasal dari keluarga sederhana. Toh ia tidak merasa terbebani dengan kesederhanaan itu. Bahkan ia menikmatinya. Justru itulah kekuatan Mumun yang dapat kau petik hikmahnya.

Nana, pada suatu hari nanti kau dapat mengatakan, bahwa kita belajar bukan hanya pada saat kita bersekolah saja. Kita juga tidak hanya belajar untuk sekolah saja, tetapi kita belajar untuk hidup, untuk kehidupan. Dari kehidupan itu pulalah kita juga belajar untuk menjadi lebih bijak, baik dalam berhubungan dengan sesama manusia maupun dalam meningkatkan kualitas kehidupan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun