Mereka yang Selalu Ada, Tapi Tak Selalu Dijaga
Pernahkah kita membayangkan, saat kita terbaring lemah di rumah sakit, ada sosok yang selalu hadir tanpa banyak kata namun penuh perhatian? Perawat. Mereka adalah garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, hadir selama 24 jam, melayani pasien dari awal hingga akhir kehidupan. Tapi tahukah kita, bahwa di balik seragam putih itu, banyak dari mereka menjadi korban kekerasan saat bekerja?
Kekerasan terhadap tenaga keperawatan bukan lagi kasus langka. Ia menjadi fenomena berulang di berbagai rumah sakit, puskesmas, hingga klinik. Ironisnya, kekerasan itu justru datang dari mereka yang seharusnya menjadi bagian dari proses penyembuhan: keluarga pasien, pasien sendiri, bahkan rekan kerja atau atasan.Â
Sudah saatnya kita berhenti menormalisasi kekerasan terhadap perawat. Kini, waktunya kita menggagas kebijakan "Zero Tolerance" --- sebuah sikap tegas untuk mengatakan: "Tidak ada ruang untuk kekerasan terhadap perawat."Â
Realitas Kelam: Data yang Tak Bisa DibantahÂ
Data dari Penelitian Terkini
Dalam sebuah studi terhadap Perawat jiwa di Bandung, mereka mengalami kekerasan di tempat kerja oleh pasien maupun keluarga pasien. Penyebab tersering dari pasien adalah kekerasan verbal (49,4%), diikuti oleh kekerasan fisik (28,8%), kekerasan psikologis (16,5%), dan kekerasan seksual (8,2%). Jenis kekerasan fisik yang paling sering terjadi dari keluarga adalah kekerasan verbal (46%) dan kekerasan fisik (30%). (Yosep et. al. 2022).
Pidada & Wahab (2024) melakukan studi terhadap 482 tenaga kesehatan di tujuh rumah sakit di Yogyakarta. Hasilnya cukup mencengangkan: 13,6% responden pernah mengalami kekerasan, dengan 9,8% di antaranya adalah perawat. Angka ini mungkin tampak kecil, namun para peneliti mengungkapkan kemungkinan kuat terjadinya underreporting karena korban menganggap kekerasan sebagai bagian dari "risiko kerja."
Studi di Aceh menemukan fakta lebih kelam: 64,4% perawat mengalami kekerasan emosional selama satu tahun terakhir (Putra et al., 2024). Angka ini memperlihatkan bahwa kekerasan bukan sekadar insiden, melainkan epidemi diam-diam di dunia keperawatan.Â
Kasus Viral 2024--2025: Luka yang Menjadi SorotanÂ
- Makassar (26 Mei 2025): Seorang perawat dicekik dan diseret oleh anak pasien saat menangani jenazah. Walau korban melapor, pelaku belum ditetapkan sebagai tersangka.Â
- Bogor (30 Mei 2025): Perawat IGD RS UMMI dipukul oleh keluarga pasien karena kesalahpahaman soal ruang perawatan. Pelaku tidak langsung ditahan.
- Papua Tengah (Nov 2024): Perawat bernama Zulhaida nyaris diperkosa dan dianiaya oleh orang tak dikenal di rumah dinasnya. Ia menderita luka serius tanpa perlindungan hukum yang jelas.
- Cirebon (Des 2024): Seorang perawat mengalami kekerasan seksual oleh Kepala Puskesmas Pembantu di Kecamatan Babakan, Cirebon. Korban mengalami trauma dan merasa direndahkan oleh atasannya.
- Ngawi (Maret 2025): Kepala puskesmas membentak seorang perawat hingga korban harus dilarikan ke IGD. PPNI menyatakan kasus semacam ini terjadi secara berulang dan jarang diproses.Â