Mohon tunggu...
Hts. S.
Hts. S. Mohon Tunggu...

"Tak bisa peluk ayahmu? Peluk saja anakmu!" Hts S., kompasianer abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Merpati, Kapal Terbangku...

10 Februari 2014   14:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:58 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikabarkan Merpati Airlines mulai menghentikan operasionalnya. Banyak calon penumpang yang harus mengembalikan tiketnya ke pihak maskapai ini, yang katanya membutuhkan waktu sebulan proses pengembalian uang calon penumpang yang batal diterbangkan dengan Merpati.

Dulu semasa kecil, dari opungku - saya sudah mendengar nama Merpati, Mandala dan Garuda. Opungku dulu beberapa kali berkesempatan naik pesawat ke Jakarta mengunjungi anak-anaknya. Kata opung, pesawat (kapal terbang) itu mesinnya disamping, sebelum terbang akan dihidupkan satu persatu ditandai dengan putaran baling-balingnya. Dari atas kata opungku, rumah-rumah tampak seperti korek api. Saya hanya termangu-mangu mendengarnya, berharap suatu hari bisa naik pesawat.

Merantau ke Jakarta, tak membuatku lekas bisa menikmati duduk di dalam kapal terbang itu. Karena mahalnya tiket pesawat, saya berangkat dengan bis ke Jakarta dari terminal Amplas - Medan. Bis itu bernama Bintang Utara. Di dalamnya ada video dan full AC serta toilet. Lumayan nyaman juga untuk perjalanan 3 hari 2 malam sampai tiba di Pulogadung - Jakarta.

Bertahun kemudian, saya mendapat tugas ke Bandung. Dan itulah kesempatan pertama saya naik kapal terbang, dari Halim Perdanakusumah. Pesawatnya Merpati Airlines. Kalau tidak silap ingat dari jenis CN235. Saya pantas-pantaskan untuk menjadi penumpang kapal terbang. Kuperhatikan penumpang lain bagaimana mereka memakai sabuk pengaman. Saya berusaha setenang mungkin menikmati penerbangan perdana ini. Tak lama, hanya setengah jam sudah mendarat di Husein Sastranegara - Bandung. Beberapa kali saya menikmati jalur Bandung Jakarta PP termasuk dengan Deraya Air. Waktu itu tentu belum ada jalan tol Cipularang.

Sampai kemudian dikabarkan Merpati sudah tak bisa terbang lagi. Kabarnya maskapai mengalami kerugian dan banyak hutang. Sedih juga, maskapai yang sudah menjadi jembatan udara Nusantara itu, yang sudah melayani Indonesia sejak 1962, akhirnya tidak bisa terbang, karena beban hutang dan kerugian.

Mungkinkah nama Merpati itu kurang gagah? Tidak segagah Garuda?

Merpati, simbol kesetiaan.  Tetaplah setia melayani Indonesia.

Meminjam gaya bicara anakku, "Merpati terbang lagi dong..."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun